NIKMATNYA RUJAK BU ATUN DI BREBES

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Kisah dibawah ini adalah laporan Ibu Dra. Rini Puji Astuti, Pengurus Koperasi Windu Kencana, Brebes, yang dipimpin oleh Pak Komar, mantan Sekretaris BKBPP Brebes, sekarang Ketua Koperasi Windu Kencana di Brebes. Kisah ini adalah cerita seorang sosok yang berhasil, Ibu Atun, seorang isteri keluarga pra sejahtera di Brebes, yang berkat “Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera (Tabur Puja)”, suatu Skim yang diinisiasi oleh Koperasi Serba Usaha (KSU) Windu Kencana, jalan Veteran no. 10 Brebes, bersama Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) di Jakarta, telah memfalilitasi pengembangan yang menggembirakan. Skim yang bertujuan membantu pemberdayaan keluarga pra sejahtera melalui penyegaran budaya gotong royong bersama keluarga lainnya untuk melepaskan diri dari belenggu kemiskinan itu menuai banyak kemajuan. Sistem atau Skim Tabur Puja mengharuskan setiap keluarga belajar menabung dan hidup gotong royong sesama keluarga lain di pedesaan. Kewajiban menabung dan mempergunakan dana pinjaman hanya boleh dipergunakan untuk mengembangkan usaha mikro agar tumbuh menjadi usaha kecil yang menguntungkan.

 Ibu Rini menjelaskan, bahwa yang diberikan kesempatan untuk mempergunakan Skim Tabur Puja adalah keluarga yang menjadi anggota Posdaya. Dalam Posdaya, setiap keluarga dianjurkan hidup sehat, menyekolahkan anak-anaknya, ikut pelatihan ketrampilan dan memelihara lingkungan sekitar rumahnya menjadi Kebun Bergizi sebagai sarana memelihara kesehatan keluarganya.” Ibu Rini menambahkan.  “Di Brebes, Skim Tabur Puja dikembangkan di tiga kecamatan, yaitu Brebes, Wanasari dan Jatibarang. Sampai sekarang, di tiga kecamatan itu, Skim Tabur Puja telah digulirkan pada 12 Posdaya dari target 15 Posdaya. Dana yang dipinjamkan mencapai Rp. 1,3 milyar dari penempatan yang telah disediakan Yayasan Damandiri sebanyak Rp. 3 milyar. “. “Dalam waktu singkat, dengan dukungan Pemerintah Daerah, utamanya dari Ibu Bupati dan seluruh jajarannya, kecamatan lainnya, dengan memperhatikan Posdaya yang telah mulai berkembang, dapat juga memperoleh gilirannya.”  

  Nun dikisahkan, seorang ibu rumah tangga dari suami yang bernama Abdul Kafi (42 tahun), bekerja sebagai tukang becak, memiliki setumpuk masalah ekonomi dan tinggal di sebuah rumah sederhana di Saditan, Brebes. Sejak tahun 1995 mulai merintis usahanya, yaitu berjualan rujak yang terdiri dari rujak pecel, rujak lontong, rujak uleg, karedok, dan aneka gorengan seperti tempe, bakwan dan gembus. Usaha yang ditekuninya selama 19 tahun itu sekarang sudah ramai dikunjungi para pelanggan setianya dan peminat baru yang merasa tertarik pada dagangannya.

 Berawal dari harga rujak Rp. 500,- seporsi, sekarang sudah meningkat menjadi Rp.5.000,- seporsinya. Usaha yang ditekuni Atun ini berkembang dari tahun ke tahun. Pada waktu memulai usahanya, Atun memulai usahanya di depan perumahan Graha Citra Dedy Jaya. Untuk menampung pembeli yang diperkirakan akan lebih baik, Atun memindahkan usahanya di halaman Praktek dr. Rasipin, M. Kes, di Saditan. Usaha yang semula kecil-kecilan, sekarang dibuka hampir sehari penuh, yaitu mulai jam 09.30-15.00 tanpa hari libur. 

 Pada waktu memulai usahanya, Atun mengandalkan usahanya dengan modal awal berasal dari simpanannya sendiri. Ternyata modal itu tidak mencukupi karena permintaan konsumen yang makin membesar. Karena tidak mempunyai koneksi ke mana-mana, maka terpaksa Atun meminjam uang kepada rentenir dengan bunga yang lumayan besarnya. Pengalaman meminjam kepada rentinir ini berlangsung cukup lama selama 3 tahun.

 Dari pergaulannya di desa, bersama ibu-ibu PKK, para peserta KB, dan kelompoknya yang kemudian membentuk Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya), Atun mendengar bahwa Posdaya ini membentuk Koperasi Serba Usaha (KSU) Windu Kencana. Oleh karena itu pada awal tahun 2014, karena Atun merasa sebagai anggota KB dan sekaligus anggota Posdaya di desanya, maka ia mencoba meminjam dari Koperasi Windu Kencana yang beralamat di Jalan Veteran no. 10 Brebes, yang konon bekerja sama dengan Yayasan Damandiri di Jakarta, membantu keluarga pra sejahtera, menabung dan memberi pinjaman melalui Skim Tabur Puja. 

 Menurut Atun, ketentraman hati dan usahanya sekarang bertambah tenang.  Sering Atun menceritakan pengalamannya dengan sedih tetapi ceria bahwa keadaannya telah bertambah baik. “Tiga empat tahun lalu, untuk menjaga usahanya tetap berlangsung, Atun terpaksa pinjam dari rentenir karena tidak bisa atau dianggap tidak layak pinjam dana dari bank. Maklum usahanya terbilang mikro dan suaminya hanya bekerja sebagai tukang becak. Suami yang pendapatannya tidak menentu tidak bisa menjamin agunan pinjaman isterinya di bank. Bank tidak percaya, atau Atun sendiri merasa tidak pantas datang ke kantor Bank untuk meminjam uang untuk modal usahanya. Oleh karena tidak mempunyai agunan, dan tidak yakin akan dipercaya oleh petugas Bank, tiga tahun lalu itu Atun, biarpun sedih, tetapi merasa “beruntung” mendapat pinjaman dari rentenir. Pengalaman pinjam dari rentinir itu tidak nyaman, sehingga Atun terpaksa pindah dari satu rentinir ke rentinir lainnya, ada dari Majalengka, Cirebon dan kadang-kadang dari Pemalang". 

 Atun mengungkapkan ingatannya yang cukup pahit, “sejak tahun 2011-2013 saya pinjam di rentenir dengan pola harian, dari pinjaman sebesar Rp 100 ribu, uang pinjaman Atun dipotong Rp 10 ribu untuk biaya administrasi/tabungan. Ia harus mengangsur sebesar Rp 13 ribu setiap minggu untuk jangka waktu pelunasan selama 10 minggu. Selama meminjam uang itu”, saya ingat Atun, “harus menyisihkan angsuran kepada rentenir tiap minggu. Namun pada bulan Februari 2014”, “Saya beralih pinjam di KSU Windu Kencana melalui program Tabur Puja programnya Posdaya”,  akunya dengan bangga. “Saya memperoleh pinjaman Rp. 2.000.000 dengan jasa 18% per tahun, Alhamdulillah”. Seru Atun. Karena itu Atun mengatakan bahwa “Pada akhir masa pinjaman Atun hanya harus mengembalikan Rp. 2.424.000,- setahun”. Atun dengan wajah cerah menyatakan bahwa “Saya beruntung menjadi anggota Posdaya yang memberi saya pinjaman tanpa agunan atau tanpa jaminan, karena saya mendapat dukungan dari anggota Posdaya lainnya. Saya merasa tidak berat dalam mengangsur dan seluruh kegiatan dagang saya bertambah lancar” 

 “Saya makin yakin bahwa Program yang dibawa dalam Posdaya mengajak keluarga di desa saya saling gotong royong, sungguh sangat menarik.” Lebih-lebih, kata Atun, "Program Tabur Puja lewat Posdaya sangat membantu sekali, terutama keluarga seperti saya yang masih termasuk sebagai keluarga pra sejahtera. Namun, sebagai salah satu pengikut Posdaya dan Tabur Puja yang setia, Pengurus Koperasi dan Posdaya menunjuk saya menjadi Ketua Sub Posdaya yang beranggotakan 24 keluarga. Saya merasa sangat terhormat, saya ajak anggota saya mengembangkan tanggung renteng untuk menabung dan mengambil kredit Tabur Puja. Saya dan anggota saya makin rajin bekerja dan mutu dagangan juga bertambah baik, keuntungan meningkat, para pelanggan makin banyak dan setia. Tabungan saya di koperasi untuk menyekolahkan anak dan hidup menjadi lebih sejahtera juga makin bertambah banyak”, ungkap Atun dengan senyum ceria. Kisah-kisah seperti ini meyakinkan dan mengantar Ibu Bupati Brebes,  Hj. Idza Priyanti SE, Insya Allah, dalam dua hari lagi, akan memberi petunjuk untuk memperluas pengembangan Posdaya dengan segala kegiatannya itu ke seluruh desa di Brebes. (Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri, www.haryono.com).