MENYONGSONG INDONESIA DAMAI

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Besok pagi kita akan memperingati Hari Tentara Nasional Indonesia (TNI) tanggal 5 Oktober 2014. Kita bersyukur dan bangga karena selama ini bangsa Indonesia selalu bisa mengatasi gejolak yang terjadi tanpa harus beramai-ramai menggoncangkan dunia. Itu semua karena kita mempunyai TNI yang mempunyai kewibawaan dan dekat dengan rakyat. TNI yang sejak lama selalu membantu berbagai program pembangunan tidak dengan senjata, tetapi melalui sikap yang ramah terjun ke desa-desa mengajak dan bersama rakyat mempersiapkan diri menghadapi dan menyelesaikan tantangan yang bisa mengurangi daya tahan dan kemampuan untuk membangun keluarga dan masyarakatnya.

 Biarpun mendapat tantangan dan dianggap memaksa oleh beberapa kalangan, di masa lalu, sekitar tahun 1980-an sampai sekarang, TNI yang dulunya ABRI mempunyai program ABRI Masuk Desa (AMD) membantu menjelaskan kepada rakyat tentang manfaat gerakan KB dan Kependudukan untuk mengurangi tingkat kelahiran yang tidak terkendalikan. Daerah-daerah yang tidak mudah dijangkau para petugas KB, ditolong dengan kendaraan dan dokter TNI yang tahan banting untuk menjangkaunya. Angkatan Laut menyediakan kapalnya untuk menolong keluarga di pulau terpencil. Angkatan Udara menyediakan Pesawat dan Hely untuk membawa bidan dan peralatan lapangan menggelar pelayanan KB di lapangan selayaknya dokter, bidan dan penyuluh lapangan sedang berada dalam perang besar.

 Gerakan yang luar biasa itu pada bulan-bulan awal sempat mendapat tantangan dan dianggap pemaksaan. Tetapi para prajurit yang makin mahir melakukan penyuluhan dibantu barisan dokter dan tenaga para medis yang cekatan, tidak kalah dibanding dokter berbaju putih dari Departemen Kesehatan, atau bidan yang berasal dari Puskesmas, dengan cekatan dan bahasa yang sopan dan penuh kasih sayang menolak anggapan itu bukan dengan debat besar melalui televisi atau media massa, tetapi dengan wajah dan ucapan terima kasih yang tulus dari ribuan dan kemudian jutaan pasangan usia subur yang berterima kasih ditolong dengan kemudahan dan bukti nyata bahwa spiral atau pil yang diberikan secara professional dan kasih sayang itu mengatur kelahiran anak-anaknya dan mengantar keluarganya menjadi lebih sejahtera.

 Kebersamaan itu membawa Indonesia menggondol Penghargaan UN Population Awards, dan pada tahun 1990-an mulailah dibangun keluarga tertinggal, keluarga pra sejahtera, menjadi keluarga sejahtera II, keluarga sejahtera III dan akhirnya menjadi keluarga sejahtera III Plus yang sejahtera dan bersedia berbagi kepada keluarga yang masih tertinggal. Keberhasilan itu menempatkan TNI bukan sebagai prajurit perang dengan bedil, tetapi perang melawan kebodohan, kemiskinan dan ketidaksadaran menghadapi tantangan masa depan dengan senyum, persahabatan dan kerjasama membangun karakter bangsa yang peduli dan dengan tegar menarik pelatuk sebagai aba-aba untuk berani mengambil keputusan membangun daya tahan keluarga yang ampuh. Setiap keluarga diajak menjadi tentara untuk melindungi dirinya sendiri dengan daya tahan seakan ada dokter yang memasukkan suntikan vaksin yang merangsang pertumbuhan daya tahan tubuh yang jauh lebih ampuh dari obat penyembuh dari seorang dokter dari manapun datangnya.

 Pada masa pemerintahan baru sekarang ini, jajaran TNI barangkali perlu berbenah untuk memperkuat gerakan kembali ke desa bukan untuk bergerilya melawan pemerintah, tetapi berbaur dan bekerja bersama rakyat membangun Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) sebagai forum bersama untuk melakukan berbagai kegiatan merangsang pengembangan entrepreneur pedesaan yang sanggup merubah Loyang menjadi Emas, sanggup merubah Sampah menjadi Berkah. Untuk itu kegiatan TNI masuk desa dapat dilengkapi dengan upaya pengembangan karakter anak bangsa dalam wujud operasional nyata melalui contoh-contoh yang diberikan dengan kasih sayang. Secara serentak “pasukan TNI” menggelar kemitraan gotong royong dengan rakyat mengembangkan upaya preventif dibidang kesehatan dengan melengkapi rumah setiap keluarga dengan jamban yang baik, membangun Kebun Bergizi di halaman rumahnya dan membuat buangan air yang membebaskan penduduk dari nyamuk. Lebih dari itu, anak-anak keluarga miskin diajak bersekolah dengan tekad bahwa semua anak usia sekolah harus sekolah karena pendidikan adalah “senjata” yang ampuh untuk bertahan sebagai keluarga yang bahagia dan sejahtera. Dengan modal kesehatan dan pendidikan paripurna itu, para prajurit TNI bisa mengajak rakyat berlatih mengolah sumber daya yang melimpah menjadi suatu produk yang berharga dan mendatangkan untung. Disitulah prajurit, melalui Posdaya di pedesaan, menjadi pelopor pengembangan Ekonomi Biru yang menguntungkan dan membawa kebahagiaan dan kesejahteraan yang penuh kedamaian. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra dan Taskin)