Rano Karno dukung Prioritas Pemberdayaan Keluarga di Desa

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Minggu lalu di Pendopo Kabupaten Lebak, bersama Bupati Hj. Iti Octavia Jayabaya, SE, MM, dihadapan sekitar 1000 orang yang terdiri dari para pemimpin Pemerintahan Kabupaten dan para sesepuh yang tergabung dalam PWRI Kabupaten Lebak, ditemani Ketua Pengda PWRI Banten dan juga Pengurus Besar PWRI dari Jakarta dan yang diwakili oleh Ketua Umum, Sekjen dan beberapa Pengurus Besar lainnya, Plt. Gubernur Banten, H. Rano Karno, SIP, menyatakan sangat sepakat untuk memberi prioritas yang tinggi pada upaya pemberdayaan sumber daya manusia di tingkat pedesaan. Proses pemberdayaan itu bisa dilakukan dengan menempatkan keluarga sebagai titik fokus agar setiap keluarga pada waktunya bisa secara gotong royong bersatu membangun untuk kepentingan kesejahteraan keluarga dan seluruh anggotanya.

  Plt Gubernur Banten, H. Rano Karno, SIP, yang pernah menjadi Duta Besar UNICEF itu sangat menaruh perhatian terhadap upaya pendidikan dan pemberdayaan kaum ibu, yang diyakinya bisa menjadi wahana untuk pemberdayaan keluarga secara paripurna. Oleh karena itu Rano Karno memilih, diantara delapan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang, sebagai dua kabupaten pertama untuk segera didukung pemberdayaannya pada tingkat pedesaan. 

 Menurut Plt. Gubernur, prospek baru yang sedang dikembangkan di Lebak yang sangat sarat kemiskinan itu, sekarang mulai digarap potensinya yang tersembunyi. Di Kecamatan Bayah, salah satu wilayah yang sejak jaman dahulu terkenal sangat miskin, sedang disiapkan pabrik Semen dan beberapa pusat pengolahan ikan hasil tangkapan dari pantai yang kaya dengan segala macam ikan. Persiapan yang sangat besar itu perlu diikuti dengan upaya pemberdayaan sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan segala jenis pelatihan ketrampilan agar keluarga yang tinggal di daerah itu tidak menjadi penonton pembangunan. Setiap keluarga perlu mengikuti berbagai jenjang pendidikan dengan baik disertai pelatihan ketrampilan yang memadai agar dapat segera menjadi partisipan pembangunan yang memperoleh keuntungan dan sejahtera.

 Sebagai tindak lanjut dari arahan Plt Gubernur itu, minggu ini suatu Tim Pelatih dari Haryono Suyono Center (HSC) di Jakarta telah siap mengadakan pelatihan bagi seluruh SKPD, Camat, Lurah/Kepala Desa dan tokoh-tokoh dari berbagai organisasi dan lembaga pemberdayaan masyarakat yang ada di Kabupaten Lebak dan di desa-desa. Targetnya sangat cepat karena pada Ulang Tahun Kabupaten Lebak tanggal 2 Desember 2014 nanti, salah satu acaranya adalah Pencanangan Pembangunan Keluarga di pedesaan, dimana Posdaya ditempatkan sebagai salah satu ujung tombaknya. Posdaya akan dijadikan forum silaturahmi dan forum untuk menggugah budaya gotong royong diantara sesama keluarga di pedesaan. Forum itu akan bisa juga dijadikan andalan dimana keluarga desa dengan prakarsa sederhana dapat beriringan dengan pemerintah membangun secara mandiri dan lestari.

 Serentak dengan pelatihan yang direncanakan itu, akan diajak para peserta diajak secara fisik meninjau kegiatan Posdaya yang selama ini telah dikembangkan dalam kegiatan KKN tematik Posdaya oleh Universitas Muhammadiyah Jakarta di wilayah Lebak atau di daerah yang berdekatan dengan Lebak. Para peserta akan dibekali dengan strategi dan upaya sederhana bagaimana mengembangkan Posdaya di daerah yang relatif belum banyak mempunyai kegiatan sosial kemasyarakatan itu.

 Direncanakan pada awal tahun 2015, beberapa perguruan tinggi akan dirangsang untuk mengadakan kegiatan KKN dan mengirim mahasiswanya ke Kabupaten Lebak mendampingi kegiatan ribuan Posdaya yang pembentukannya didukung dan dikawal oleh pemerintah kabupaten dan jajarannya. Dengan demikian kegiatan Posdaya dapat segera dipacu untuk menyegarkan kembali budaya gotong royong diantara masyarakat pedesaan. Lebih dari itu keluarga yang makin menikmati kebersamaan itu segera dipacu untuk menjadi entrepreneur pedesaan yang bisa mengolah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang tersedia melimpah di Kabupaten Lebak dan di desa-desa. Para isteri nelayan akan segera diberi pelatihan untuk mengolah dan menyajikan ikan hasil tangkapan di laut menjadi komoditas yang lebih tahan lama untuk bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi dan menguntungkan. Sedangkan para petani penggarap yang miskin akan diajak mencari variasi pertanian yang bisa menghasilkan produk yang maksimal, sehingga setiap jengkal tanah yang ada dapat memberi hasil yang lebih menguntungkan. Gotong royong yang kental akan mewarnai pemberdayaan keluarga dan masyarakatnya. Keluarga yang lebih mampu akan diajak menjadi penggerak pembangunan dan keluarga pra sejahtera diajak bekerja cerdas dan keras untuk mengangkat dirinya menjadi lebih sejahtera. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri, www.haryono.com).