BERTEKAD BULAT KEMBANGKAN MASYARAKAT

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Dalam pertemuan Ulang Tahun Yayasan Damandiri ke-20 yang akrab, wakil-wakil dari 450 Perguruan Tinggi, lebih 300 pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, wakil-wakil pengurus Masjid anggota Dewan Masjid Indonesia (DMI), wakil dari 55.000 Posdaya dari seluruh Indonesia, wakil dari 45 Bank Pembangunan Daerah, Bank UMKM Jatim, Bank BPR dan Bank Bukopin berkumpul di Semarang, telah mencapai kesepakatan untuk bekerja lebih keras membantu pemberdayaan keluarga prasejahtera di desa guna menolong mencapai target Pembangunan Global yang berkelanjutan. Biarpun upaya yang dilakukan itu relatif kecil, tetapi seluruh peserta pertemuan merasa yakin bahwa kontribusinya akan berpengaruh sangat luas di tanah air.

             Konsensus itu dicapai setelah mendengar laporan dari berbagai perguruan tinggi penyelenggara kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan pernyataan berbagai bank yang melayani kredit dan tabungan Tabur Puja yang ternyata berhasil mengungkit kegiatan sosial ekonomi di tingkat pedesaan. Gerakan pemberdayaan yang semula berlangsung secara kecil-kecilan telah berkembang dengan potensi yang sangat tinggi. Di tingkat lapangan hari demi hari berkembang dan tumbuh Posdaya baru yang ingin segera meniru kemajuan Posdaya di tetangganya.

             Melalui semangat yang tinggi, puluhan ribu Posdaya bergerak dalam kemandirian yang tinggi. Namun sebagian Posdaya dibina secara teratur oleh pemerintah kabupaten/kota yang maju dan ditetapkan sebagai ujung tombak pemberdayaan keluarga di tingkat desa. Pemerintah Kabupaten/Kota yang maju seperti itu biasanya selalu mendapat manfaat dengan diraihnya berbagai penghargaan seperti Adipura, Kalpataru dan lainnya karena umumnya berbagai usaha atau kegiatan pada tingkat kabupaten atau pada tingkat kota berhasil memperoleh dukungan partisipasi masyarakat yang tinggi. Upaya dan kegiatan pembangunan yang mementingkan kebersamaan dan gotong-royong mendapat partisipasi yang tinggi.

             Dukungan masyarakat itu terbentuk karena Posdaya hanya bisa berhasil apabila bisa menyegarkan budaya gotong-royong sebelum meningkat pada upaya pengembangan budaya hidup sehat, menyekolahkan anak-anaknya secara dini, memelihara lingkungan secara masif serta keluarga prasejahtera yang terdapat dalam setiap Posdaya mau mengikuti berbagai pelatihan menuju kepada upaya pengembangan ekonomi mikro tanpa rasa enggan dan malu. Keluarga yang lebih mampu memberikan perhatian dan berbagi kepada keluarga prasejahtera dalam lingkungannya.

             Perkembangan yang gegap gempita itu menghasilkan makin mengecilnya jumlah keluarga prasejahtera di setiap Posdaya. Ada yang drastis dilaporkan bahwa jumlah keluarga prasejahtera telah habis ditingkatkan. Bagi Posdaya seperti itu tantangan untuk tahun 2016 ini akan sangat berbeda. Upaya yang harus dilakukan akan lebih sulit karena setiap Posdaya harus mengangkat keluarga sejahtera I menjadi keluarga sejahtera II. Tingkat dukungan intervensi pembangunan yang harus diberikan lebih rumit dan memerlukan mitra kerja yang jauh lebih luas dibanding masa sebelumnya. Sasarannya lebih banyak dan komponen yang harus dibantu menjadi lebih luas.

             Dalam hari-hari akhir menuju Pertemuan Nasional di Semarang, para dosen pembina Posdaya di setiap Korwil, di setiap Perguruan Tinggi dan LPPM yang mengirim utusan perlu melengkapi kemitraan guna menunjukkan program kerja untuk tahun 2016. Mitra baru seperti SMK dengan guru dan pembimbing yang sanggup berlatih untuk siswa-siswanya yang bisa diikuti oleh sisa keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera I yang ingin maju perlu diperhatikan secara seksama. Rancangan pelatihan ketrampilan bukan saja harus menghasilkan suatu usaha jasa, usaha tata boga atau tata busana, tetapi harus menghasilkan usaha yang bisa berjalan berkelanjutan dan menguntungkan. Usaha seperti itu harus bisa dipasarkan dan laku jual, berkelanjutan tanpa merusak sumber daya alam di sekitarnya, tetapi justru membuat sumber daya alam dan kearifan lokal berkembang dan berkelanjutan. Tidak ada limbah yang mencemari sekitarnya tetapi justru lingkungan yang sebelumnya tidak terawat berubah menjadi lingkungan yang indah dan menjadi bagian dari surga dunia yang mengundang rasa kagum dan cinta pada Allah, Tuhan Pencipta Alam Semesta.  (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Damandiri).