KREDILIBLITAS ISU MEMANTABKAN PERHATIAN

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Pengembangan isu positif biasanya bagus untuk mencari kawan perjuangan dalam suatu gerakan masyarakat yang menarik. Isu semacam itu menggerakkan kalangan yang makin luas dan menarik perhatian yang juga makin luas. Isu bahaya kematian Ibu hamil juga menarik perhatian, tetapi Bung Karno, sebagai tokoh legendaris di tahun 1950-an merasa bahwa kalau isu itu ditanggapi secara positif dan diambil keputusan yang drastis pasti menggoyahkan rakyat banyak yang sedang bergembira merayakan kebebasan berkumpul dengan keluarganya. Menurut keyakinan Bung Karno, rakyat yang sedang menikmati suasana kegembiraan tidak bisa dilarang menikah, kumpul sebagai suami isteri dan mempunyai anak. Kalau hal itu dilarang, secara politis bisa menjadi bumerang karena menentang kehendak atau kegembiraan rakyat banyak.

Secara terbuka Bung Karno berpihak kepada rakyat bahwa penduduk yang besar bisa menjadi kekuatan maha dahsyat bagi negara dan bangsanya. Bung Karno tidak mensyaratkan harus berkualitas karena pemerintah sedang merumuskan program yang tujuannya sesuai UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Bung Karno berasumsi bahwa bangsa Indonesia dalam alam kemerdekaan akan segera berubah dari bangsa yang tingkat sosial ekonominya rendah menjadi bangsa yang cerdas dan sejahtera. Otomatis penduduk Indonesia yang besar jumlahnya akan menjadi kekuatan maha dahsyat.

Para dokter ahli yang ingin memperoleh penyelesaian langsung atas isu bahaya ibu hamil yang sangat memprihatinkan itu tidak kekurangan akal. Mereka beranggapan bahwa upaya yang dilakukan tidak cukup meyakinkan para politikus, utamanya bagi Presiden dan para Menteri. Mereka ingin agar keprihatinan itu disambut secara gegap gempita seperti keadaan yang dilihat di lapangan. Melalui dokter kepresidenan mereka mengetahui bahwa Bung Karno sebenarnya secara moril mendukung keprihatinan tersebut.

Biarpun tidak terlalu puas dengan sikap Bung Karno, melihat masih adanya dukungan tersebut, kelompok yang risau akan kematian ibu hamil dan anak-anak balita yang tinggi itu mengembangkan sayap mencari pengaruh ke luar negeri. Kelompok itu mengirim tokoh rekan sejawatnya untuk mendapatkan ilmu lebih tinggi ke Amerika dan beberapa negara maju lainnya. Di luar negeri tokoh-tokoh Indonesia itu, antara lain Prof. dr. Judhono almarhum, bertemu banyak tokoh lain yang menaruh perhatian serius tentang penanganan ibu hamil yang mengalami gangguan. Tokoh itu juga mendengar kiprah tokoh-tokoh dunia seperti Prof. Dr. Hauser, Prof. Dr. Donald Bogue, keduanya dari Universitas Chicago, dan banyak tokoh lain yang memberi inspirasi tentang Population Boom, Population Explotion dan semacamnya yang mengancam stabilitas sosial ekonomi dunia, utamanya negara-negara berkembang. Bagi tokoh-tokoh Indonesia, keprihatinan ahli-ahli dunia itu memperkuat keyakinan atas isu yang implikasinya lebih luas dibanding isu kesehatan yang umumnya dikuasai para dokter yang aktifis di Indonesia.

Pengalaman itu menambah kredibilitas kelompok pejuang isu kesehatan ibu hamil yang sudah dikembangkan di Indonesia. Dokter-dokter yang dikirim ke luar negeri menggambarkan perkembangan yang dilihatnya sebagai tren baru yang berbahaya dan Indonesia, pada waktu itu, adalah negara dengan jumlah penduduk nomor lima di dunia, menjadi salah satu penyumbang Population Boom atau Population Explotion yang perlu mengambil langkah-langkah konkrit untuk menyelesaikannya. Ketakutan akan Population Explotion menambah semangat juang dengan isu kesehatan dengan dimensi yang lebih luas. Para aktifis yang belum berhasil menggerakkan Presiden beralih pada strategi pengembangan program dan kegiatan menolong anak bangsa yang mengalami masalah dengan kehamilan dan anak-anak yang terpaksa tidak sempat menghirup udara segar pada waktu dilahirkan, atau tidak bisa merayakan ulang tahunnya yang pertama dan kedua. Para aktifis mengambil langkah konkrit yang lebih praktis.

Praktek pertolongan nyata kepada ibu hamil dan anak-ank yang disertai pengembangan isu yang lebih “menakutkan” itu dianggap mempunyai jangkauan sasaran yang lebih luas dan dipastikan bisa menarik perhatian kalangan intelektual yang lebih mantab. Kalau isu yang diangkat terbatas pada ibu hamil dan melahirkan, dipastikan hanya para dokter yang mengambil peran, tetapi kalau isunya berkembang menjadi gangguan sosial ekonomi penduduk seluruh bangsa, maka kaum intelektual pada umumnya diharapkan menaruh perhatian dan mendukung. Tokoh-tokoh ilmuan, gurubesar atau tokoh kredibel lainnya akan memastikan dukungannya.

Makin banyak tokoh yang ke luar negeri dan membawa oleh-oleh perkuatan isu, dan makin tersebar berita yang memperkuat isu, tokoh-tokoh non medis ikut bicara dan memperluas penyebaran isu kematian ibu hamil dengan tambahan bahaya ledakan penduduk yang akan terjadi di Indonesia. Pendekatan yang tidak membawa hasil gegap gempita kepada Presiden Soekarno kemudian diteruskan kepada Pejabat Presiden Soeharto dan sekaligus kepada Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin yang dinamik. Gubernur yang dihadapkan kepada tanggung jawab menyediakan sekolah, pelayanan kesehatan dan prasarana lain untuk rakyat yang sedang ramai-ramainya membanjiri kota Jakarta merasakan bahwa fasilitas kesehatan dan upaya membendung kelahiran yang tinggi perlu segera dijalankan di kota Jakarta.

Dengan cepat para dokter dan pemerhati yang tergabung dalam Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menempatkan Almarhum Ali Sadikin yang siap memberi pelayanan KB dan Kesehatan Ibu di kota Jakarta itu sebagai ikon untuk isu yang makin menyebar sebagai sarana mencari kawan seperjuangan yang positif. Upaya itu berhasil dengan baik melalui suatu Kongres Kependudukan Nasional yang pertama di Indonesia pada tahun 1967. Isu masalah kependudukan makin mengerucut dan menyebar dengan gegap gempita. Pendekatan isu yang menakutkan dan disertai ajakan untuk menyelesaikannya dipergunakan oleh para sesepuh bangsa untuk membangun persatuan dan kesatuan yang membawakan kebahagiaan dan kesejahteraan untuk anak bangsa. (Prof. Dr. Haryono Suyono, mantan Menteri Kependudukan RI)