KIAT-KIAT MEMBANGUN POSDAYA MASJID DIPERKENALKAN

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

  • kiat

Menghadiri dan memberikan paparan tentang Posdaya di Rapim Departemen Agama, minggu lalu, atas undangan Menteri Agama RI, Suryadharma Ali, Ketua Yayasan Damandiri, Prof. Dr. Haryono Suyono, melakukan penyajian tentang kiat-kiat pembangunan dan pengisian Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) berbasis Masjid dalam kesempatan Rapat Pimpinan Kementerian Agama di Jakarta. Rapim itu dihadiri oleh seluruh jajaran Pimpinan Eselon I dan II Kementerian Agama, para kepala Dinas dari seluruh Indonesia, Rektor UIN dan jajaran Pimpinan Lembaga Pendidikan Agama yang bernaung dibawah Kementerian Agama.

Dalam paparannya tentang peran yang dilakukan oleh Masjid, khususnya oleh alim ulama dalam pengembangan keluarga sejahtera, Haryono secara khusus mengucapkan terima kasih yang sangat besar karena semasa menjabat sebagai Kepala atau Menteri Kependudukan di masa lalu mendapat dukungan yang sangat besar dalam mengantar suksesnya program KB di Indonesia.  Jajaran Departemen Agama serta para alim ulama dari seluruh pelosok tanah air ikut aktif dalam gerakan yang gegap gempita. Berkat dukungan yang gegap gempita itu gerakan KB sangat sukses sehingga banyak sekali ulama dari negara lain belajar pada ulama di Indonesia. Pengalaman sukses tersebut telah dicoba ulang bersama beberapa lembaga untuk mensukseskan upaya pengentasan kemiskinan dan pelaksanaan program dan kegiatan menuntaskan sasaran dan target-target Millennium Development Goals (MDGs) di Indoensia.

Upaya yang dilakukan di 50 Masjid yang dikembangkan menjadi pusat Posdaya dan dikelola oleh Yayasan Tatang Nana dan LKM NU ternyata membawa hasil yang luar biasa. Sebagian besar dari 50 Masjid tersebut memiliki Posdaya yang mandiri dan bergerak membantu keluarga miskin di sekitar Masjid melaksanakan kegiatan dengan baik. Posdaya berbasis Masjid bergerak dalam bidang kesehatan melalui Posyandu yang dibentuk di sekitar Masjid. Tidak jarang Posyandunya memanfaatkan halaman Masjid untuk kegiatan penimbangan balita dan pelayanan KB secara mandiri. Posdaya mempergunakan halaman dan fasilitas Masjid untuk menggelar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sekaligus mengajarkan pemahaman Al-Qur’an dan kewajiban keagamaan lain secara rutin. Mereka mengadakan pelatihan ketrampilan serta membantu anggota melakukan usaha ekonomi secara gotong royong.

Dalam paparan dihadapan Rapim yang dihadiri lengkap oleh para Dirjen dan Rektor UIN/IAIN yang sebagian sudah sepakat akan mengadakan Kuliah Kerja Nyata pengembangan Posdaya berbasis Masjid, antara lain UIN Maulana Malik Ibrahim di Malang dan UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta, Haryono menjelaskan bahwa pelajaran agama yang diperoleh para jamaah Masjid langsung dipraktekkan oleh Pengurus Posdaya menjadi kegiatan sehari-hari dengan percontohan di sekitar Masjid. Di Masjid Al Amin di Pacitan misalnya, Pengurus Posdaya mendirikan tempat untuk kegiatan PAUD di belakang bangunan Masjid.  Orang tua yang mengantar anak balitanya ke sekolah PAUD memperoleh kesempatan untuk memperdalam pengetahuan agama di ruangan lain di Masjid. Sambil menunggu anaknya sekolah di PAUD, disamping pendalaman keagamaan mereka juga belajar ketrampilan seperti menanam tanaman yang berguna untuk gizi anak-anaknya. Mereka belajar memelihara ternak dan belajar mengolah kolam untuk ditebar dengan ikan dan lele.

Melalui pembinaan keluarga secara gotong royong bersama keluarga yang lebih mampu, keluarga muda yang kurang terampil bisa belajar ketrampilan menjahit dan membuat produksi makanan kecil yang dengan mudah dijajakan di warung-warung di kampung. Mereka juga belajar mengubah jajanan makanan kecil yang biasanya harus habis dimakan satu hari menjadi jajanan yang tahan lama dan bisa dipasarkan ke wilayah yang lebih jauh dari kampungnya.

Sungguh menakjubkan, percontohan yang dilakukan di sekitar Masjid, di banyak Posdaya Masjid yang sedang dikembangkan, ditiru di dukuh lain di luar Masjid. Seperti pengalaman para ulama dimasa menjelaskan program KB di masa lalu yang meluas, contoh kegiatan ketrampilan, pendidikan dan usaha ekonomi mikro yang dilakukan di Masjid-masjid ternyata menular ke desa atau ke perkampungan lainnya. Secara spontan keluarga di kampung yang tidak dekat dengan Masjid dan merasa sanggup meniru kegiatan yang dilihatnya di Masjid-masjid yang menjadi pusat pengembangan Posdaya, mencontoh dan mendirikan Posdaya berbasis kekompakkan persatuan dan kesatuan diantara sesama keluarga yang bertetangga. Posdaya Masjid menjadi anutan gerakan pemberdayaan keluarga dan pengentasan kemiskinan.

Disampaikan juga kepada para peserta Rapim bahwa pengembangan Posdaya berbasis Masjid sebenarnya merupakan perwujudan Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2010 yang menggariskan pembangunan yang berkeadilan. Pembangunan berkeadilan intinya adalah pembangunan pro rakyat dengan program utama pengentasan kemiskinan berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan ekonomi mikro dan kecil. Begitu juga pembangunan berkeadilan dengan prioritas pada anak, perempuan serta keluarga miskin akan diukur keberhasilannya melalui suksesnya pelaksanaan MDGs.

Secara ringkas dijelaskan bahwa dalam tahun ini Program Posdaya didukung melalui pengembangan KKN oleh banyak sekali perguruan tinggi, antara lain UIN Maulana Malik Ibrahim di Malang dan UIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta. Setelah pemaparan usai secara spontan beberapa UIN dan IAIN ingin bergabung dan menyatakan kesiapannya untuk ikut terjun dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya berbasis Masjid atau pusat-pusat permukiman penduduk yang beragama Islam. Semoga mendapat rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan semoga program ini menjadi sarana pembangunan keluarga sejahtera melalui upaya pengentasan kemiskinan dan terbentuknya keluarga sejahtera yang lebih cepat. Insya Allah.  (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS, www.haryono.com)