MEMBANGUN EKONOMI BIRU DALAM UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Dalam rangka ulang tahun Yayasan Damandiri yang ke 17, tanggal 15 Januari 2013, disegarkan kembali peluncuran Tabungan dan Kredit Pundi Sejahtera (Tabur Puja) untuk keluarga miskin, guna memperluas kesempatan bagi keluarga miskin yang bergabung dalam Posdaya ikut berpartisipasi melaksanakan berbagai program MDGs melalui prinsip-prinsip pengembangan ekonomi biru atau blue economy. Di masa lalu, keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I, miskin dan setengah miskin, diajak menabung Takesra dan mengambil kredit Kukesra guna memulai usaha ekonomi. Di tahun 2013 keluarga miskin yang rajin bergabung dan giat mengikuti program dalam Posdaya akan diberi bantuan tabungan awal untuk menjadi anggota Kelompok Tanggung Renteng untuk mendapatkan Kredit Tabur Puja. Keikutsertaan menabung dan mengambil kredit Tabur Puja itu akan meningkatkan partisipasi keluarga secara inclusif untuk membangun berdasarkan prinsip Blue Economy yang mengharuskan penggunaan bahan baku dan kearifan lokal serta sejauh mungkin inclusion yang luas dalam hal modal dan ketenagakerjaan.

Untuk keperluan itu, jumlah Bank yang melayani Tabur Puja ditambah. Di Jawa Timur, disamping Bank UMKM Jatim, ditambah lagi dengan Bank BPD Jatim, Bank Bukopin dan Bank BPR Nusamba yang ada di beberapa kabupaten. Di Jawa Tengah, disamping Bank Bukopin yang sudah beroperasi sejak beberapa waktu lalu, ditambah dengan Bank BPD Jateng. Di Yogyakarta Bank BPD Yogyakarta juga menyalurkan Tabur Puja bersama Bank Bukopin yang telah beroperasi di Sleman dan Kulon Progo. Di Jakarta Tabur Puja dilayani oleh Koperasi Sudara Indra dan Bank Bukopin. Dalam tahun 2013 akan diusahakan menambah Bank-bank penyalur Tabur Puja tersebut. Begitu juga jumlah dana yang disediakan untuk pancingan ditingkatkan sekitar Rp 150 - Rp 200 milyar yang apabila berjalan lancar dan tidak mengalami stagnasi dengan mudah bisa ditambah oleh masing-masing bank.

Untuk mengikuti program ini, setiap Posdaya diharuskan menyegarkan budaya gotong royong secara nyata dengan mengundang keluarga mampu untuk mengajak keluarga kurang mampu atau keluarga miskin bergabung dan mengikuti berbagai program di Posdaya, yaitu menyekolahkan anak-anaknya, menjaga kesehatan dan mengubah halaman rumahnya menjadi Kebun Bergizi. Keluarga miskin yang menyekolahkan anak-anaknya itu, utamanya keluarga muda yang mengirim anaknya ke PAUD, diwajibkan mengikuti segala macam pelatihan ketrampilan agar bisa membuka usaha ekonomi produktif. Atau, keluarga miskin bisa ditampung oleh keluarga angkatnya menjadi magang dalam usahanya. Dalam prinsip blue economy setiap kelompok mengembangkan kebersamaan, saling membantu memanfaatkan bahan baku dan sumber daya lokal lainnya sehingga keluarga miskin yang sudah ikut pelatihan bisa berpartisipasi dan untuk itu diberi Tabungan yang sudah diisi serta diajak mengambil kredit Tabur Puja sebagai modal kerja dengan maksimum pinjaman awal sebesar Rp. 2 juta berdasarkan saling percaya melalui sistem Tanggung Renteng. Keluarga mampu menjadi pelindung dan pengagunnya.

Dengan modal pinjaman itu, keluarga miskin segera ikut usaha, berpartisipasi, inclusion, bergabung dengan keluarga lainnya, atau membuka usaha mandiri yang dilindungi oleh keluarga asuhnya. Keluarga miskin yang anaknya semua sekolah tidak mendapat beban lagi dari anak balita tetapi bebas menjadi pengusaha mikro dengan modal pribadi pinjaman Tabur Puja yang cukup untuk memulai usaha mikro yang digelutinya, yang dalam sistem blue economy disebut complete participation. Setiap kali diperoleh keuntungan, keluarga miskin yang berubah menjadi pengusaha mikro itu dianjurkan menambah tabungannya sebagai cadangan untuk menjadi pengusaha sukses yang mandiri.

Disamping anggota Posdaya yang menganut hidup gotong royong, para mahasiswa yang menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya dari waktu ke waktu bertugas membantu memilih usaha produktif sebagai bagian dari pengembangan blue economy yang memberi untung kalangan yang luas dan memilih bahan baku lokal yang diolah dengan baik agar menguntungkan. Diperkenalkan pula sistem pemasaran dan kemasan yang mengundang selera pembeli. Kegiatan terpadu itu merupakan bagian dari pengembangan sistem ekonomi biru, ekonomi gotong royong, yang mengharuskan keluarga dan pengusaha mampu menjadi pendamping serta menolong keluarga miskin yang perlu pendampingan yang bersahabat. Suksesnya program ini menjamin pembangunan ekonomi biru untuk keluarga sejahtera yang lebih mandiri. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra dan Taskin).