DOSEN DAN MAHASISWA UNSOED MASUK DESA

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Minggu lalu, Ketua Yayasan Damandiri bersama Rektor Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Prof. Edy Yuwono, Ph.D. dan seluruh jajarannya melepas sekitar 2500 mahasiswa semester ke 7 dan dosen pembimbingnya mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya. Para dosen dan mahasiswa itu menyebar ke desa-desa di delapan kabupaten/kota di Jawa Tengah selama satu setengah bulan. Kegiatan ini merupakan peristiwa tahunan yang diselenggarakan oleh Unsoed bekerjasama dengan Yayasan Damandiri.

 

Seperti diketahui, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), merupakan pelopor Gerakan KKN tematik Posdaya yang kemudian menjalar dan diikuti oleh sekitar 85 perguruan tinggi di Indonesia. Sebagai pelopor gerakan, para dosen Unsoed telah sangat mahir mengetrapkan upaya pengentasan kemiskinan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 serta berbagi pengalaman dengan perguruan tinggi dan pemerintah daerah lainnya di seluruh Indonesia.

 

Seperti diketahui, Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 itu memberikan pesan yang jelas bahwa upaya pengentasan kemiskinan perlu dilakukan sebagai upaya pembangunan yang berkeadilan. Upaya pembangunan berkeadilan yang dimaksud diarahkan pada tiga pendekatan yaitu pembangunan pro rakyat, keadilan untuk semua dan pencapaian tujuan Millennium. Dalam pembangunan pro rakyat ditegaskan agar upaya pembangunan diarahkan pada penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat dan usaha mikro dan kecil.

Secara rinci pada pembangunan berkeadilan, Instruksi Presiden itu menggariskan agar keadilan diberikan tekanannya pada keadilan untuk anak, perempuan, ketenagakerjaan, hukum serta kelompok miskin dan termarginal. Ditegaskan pula agar keberhasilan upaya tersebut diukur dengan indikator-indikator MDGs yang disepakati secara global oleh berbagai negara termasuk Indonesia.

Dalam kegiatan KKN tematik Posdaya, para dosen pembimbing dan mahasiswa ditugasi tinggal bersama keluarga di desa membentuk dan memberi bimbingan pengisian kegiatan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) sebanyak-banyaknya agar keluarga kaya dan miskin di desa bersilaturahmi dan berbagi perhatian dan kepedulian terhadap sesamanya. Keluarga disegarkan kembali untuk berbaur membangun persatuan dan kesatuan serta dibimbing dan diajak saling memberikan komitmen untuk belajar dan bekerja cerdas dan keras. Pertama-tama dianjurkan agar semua anak usia sekolah, mulai usia sangat dini, segera difasilitasi agar sekolah. Kalau perlu masyarakat diajak gotong royong membuat fasilitas untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) agar semua anak balita, utamanya anak balita keluarga miskin, dapat ditampung dalam PAUD tersebut. Apabila anak balita sudah tertampung, orang tuanya dilatih ketrampilan untuk bergerak dalam usaha mikro yang mengantar menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Kegiatan lainnya diutamakan pada pelatihan ketrampilan untuk keluarga muda, agar bisa bergerak dalam bidang ekonomi mikro. Kepada ibu-ibu muda utamanya, diberikan fasilitasi kredit dengan cara yang disederhanakan. Bahkan Unsoed telah berhasil menggandeng dan kerjasama dengan perusahaan swasta seperti PT Holcim Indonesia yang membantu memfasilitasi berbagai kegiatan KKN tersebut.

Kegiatan lain yang marak adalah pengembangan Kebun Bergizi di setiap halaman rumah, agar upaya masukan gizi bagi anak balita, ibu hamil dan lansia dapat diperbaiki dengan asupan makanan seperti sayur, hasil unggas, ikan dan lainnya yang diambil dari halamannya sendiri. Kegotong royongan itu memperkuat berbagai Posyandu yang telah ada atau memperbaharui semangat penduduk untuk membangun Posyandu guna menjamin kesertaan KB dan kesehatan balita. Kegiatan pelepasan mahasiswa KKN Tematik itu dipadukan juga dengan Konvensi Posdaya yang dihadiri oleh tidak kurang dari 5000 Pimpinan Posdaya dari daerah-daerah sekitar Purwokerto dan diantar oleh 8 bupatinya.

Rupanya para Bupati tidak hanya mengantar warganya yang dinamik ikut serta dalam pembangunan, tetapi secara sendiri-sendiri dan bersama-sama menanda tangani komitmen baru dengan Unsoed untuk memperkuat pembangunan pada tingkat akar rumput. Mereka bekerja sama dalam kerangka menyelesaikan target MGDs, sepakat membangun dan mengisi Posdaya yang ada di desa-desa dengan pembangunan ekonomi yang berjiwa ekonomi biru. Ekonomi biru adalah suatu konsep yang mengetengahkan komitmen untuk mengajak sebanyak mungkin penduduk ikut serta dalam pembangunan dengan partisipasi yang tinggi, menggunakan bahan baku dan sumber lain yang berasal dari bahan lokal, serta menghindari adanya sisa-sisa yang dibiarkan sia-sia. Penggunaan bahan baku lokal itu memungkinkan tenaga ahli dan mahasiswa perguruan tinggi berusaha keras menciptakan tehnologi tepat guna yang sanggup mengolah bahan baku menjadi suatu produk dan sisanya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produk lanjutan yang menguntungkan, suatu prinsip zerro waste yang menguntungkan.

Prinsip ekonomi biru mengharuskan dikembangkannya sumber daya keuangan mengalir ke tingkat desa untuk menghasilkan sumber tenaga baru, mengubah tenaga manusia yang semula bukan tenaga kerja menjadi tenaga kerja aktif dan menjadikan tenaga kerja yang melimpah sebagai sumber kemakmuran karena bisa bekerja dengan baik dan memperoleh modal usaha yang mengalir deras ke tingkat pedesaan. Proses financial inclusion semacam ini mengharuskan setiap kekuatan pembangunan di desa bisa mengolah sumber daya alam murah yang diolah dengan modal usaha yang kecil, berkembang seirama kemajuan usaha yang menguntungkan. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri).