Pemanfaatan Program Gizi di Posyandu dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Menyusui dan Bayinya
Tanggal: 08 Desember 2009, Laporan: Ely Walimah

Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Salah satu indikator untuk mengukur tinggi rendahnya kualitas SDM adalah Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks atau HDI). Tiga faktor utama penentu HDI adalah pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat. Kurang gizi akan mengakibatkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktivitas, meningkatkan kesakitan dan kematian.

Oleh:
ELY WALIMAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2007

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP

PENDAHULUAN

Pembangunan suatu bangsa pada hakekatnya adalah suatu upaya pemerintah bersama masyarakat untuk mensejahterakan bangsa. Salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima dan menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. Salah satu indikator untuk mengukur tinggi rendahnya kualitas SDM adalah Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks atau HDI). Tiga faktor utama penentu HDI yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat. Kurang gizi berdampak pada penurunan kualitas SDM. Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari 174 negara. Pada tahun 2004, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara. Pada tahun 2006, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menempati peringkat 108 dari 177 negara (UNDP 2003, 2004, 2006).

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Posyandu di Indonesia
Upaya perbaikan gizi di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1950-an yang dimulai dengan pembentukan panitia perbaikan makanan rakyat di Jawa Tengah. Pada tahun yang hampir bersamaan dilaksanakan kegiatan serupa di berbagai negara lain. FAO dan WHO merumuskan suatu program yang dinamakan Applied Nutrition Program (ANP) yaitu upaya yang bersifat edukatif untuk meningkatkan gizi rakyat terutama golongan rawan gizi dengan peran serta masyarakat setempat dengan dukungan dari berbagai instansi secara terkordinasi.

Pelayanan Posyandu
Revitalisasi Posyandu
Pelayanan Dasar Gizi
Status gizi & Pengukurannya
Faktor-faktor yang mempengaruhi Status Gizi
Pendapatan
Pendidikan dan Pengetahuan Ibu
Zat Gizi, Vitamin dan Mineral

KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran
Indonesia saat ini masih dihadapkan dengan 4 masalah gizi utama yaitu Kekurangan Energi Protein (KEP), defisiensi vitamin A, defisiensi anemia besi dan defisiensi iodium. Selain itu Indonesia mengalami tingginya prevalensi gizi kurang, Indonesia juga dihadapkan dengan masalah gizi lebih pada masyarakat perkotaan. Masalah gizi terjadi pada suluruh siklus kehidupan mulai dari bayi sampai balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Jika tidak segera diatasi, masalah gizi Indonesia akan mengalami loss generation. Oleh karena itu, upaya mengatasi masalah gizi melalui penyelenggaraan pelayanan gizi sudah dilaksanakan oleh pemerintah pada setiap siklus kehidupan.

Hipotesis
Kerangka Konsep

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bagian dari penelitian yang dilaksanakan Khomsan et al (2006) bekerjasama dengan Neysvan Hoogstraten Foundation (NHF) The Netherlands yang dilaksanakan di Kecamatan Ciranjang dan Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Penulis terlibat dalam pengambilan data yang dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2006. Disain penelitian yang digunakan adalah potong lintang atau cross sectional study. Disain potong lintang merupakan disain penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan model pendekatan atau observasi sekaligus pada satu saat atau point time approach (Pratiknya 2001).

Disain dan Tempat Penelitian
Teknik Penarikan Contoh
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Batasan Operasional

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaaan Umum Daerah Penelitian
Kabupaten Cianjur dikenal dan lekat dengan pameo ngaos, mamaos dan maenpo. Ngaos adalah tradisi mengaji sebagai salah satu pencerminan kegiatan keagamaan. Mamaos adalah pencerminan kehidupan budaya daerah dimana seni mamaos tembang sunda Cianjuran berasal dari tatar Cianjur. Sedangkan maenpo adalah seni bela diri tempo dulu asli Cianjur yang sekarang lebih dikenal dengan seni bela diri Pencak Silat.

Karakteristik Keluarga
Karakteristik Bayi
Pengeluaran Pangan
Persepsi Ibu tentang Program Gizi
Pengetahuan Gizi Ibu
Pemanfaatan Pelayanan Gizi
Pelayanan Program Posyandu
Akses Pelayanan Program Gizi
Rata-Rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Konsumsi Ibu Menyusui.
Rata-Rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Konsumsi Bayi
Status Gizi Ibu
Status Gizi Bayi
Hubungan Pemanfaatan dengan Status Gizi Ibu dan Bayi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu dan Bayi

KESIMPULAN

Rata-rata umur ibu menyusui antara 21-35 tahun dengan rata-rata pendidikan tamat SD dan mayoritas berstatus sebagai ibu rumah tangga. Rata-rata umur kepala keluarga antara 21-35 tahun dengan rata-rata pendidikan tamat SD dan bekerja sebagai pedagang. Bayi yang berusia 0-6 bulan sebanyak 57%, sedangkan bayi yang berusia 7-11 bulan sebanyak 43% dari 100 bayi yang dijadikan sampel penelitian. Sedangkan bayi laki-laki yang berusia 0-6 bulan sebesar 52.6% dan yang berjenis kelamin perempuan sebesar 47% dari 57 bayi yang berusia 0-6 bulan. Bayi laki-laki yang berusia 7-11 bulan sebesar 39.5% dan yang berjenis kelamin perempuan sebesar 60.5% dari 43 bayi yang berusia 7-11 bulan. Pendapatan rata-rata rumah tangga perkapita per bulan yang berada dibawah garis kemiskinan sebesar 42%. Persepsi ibu tentang pelayanan program gizi di posyandu dalam kategori baik sebesar 13%, kategori sedang 60% dan kategori kurang 27%. Sedangkan pengetahuan gizi ibu dalam kategori baik sebesar 15%, kategori sedang 59% dan kategori kurang 26%. Sebesar 80% ibu menjawab dengan benar mengenai fungsi protein, waktu pemberian makanan pendamping ASI yang tepat, zat gizi utama yang dibutuhkan oleh tubuh dan peningkatan kebutuhan zat gizi selama hamil. Ibu masih belum mengetahui sumber karbohidrat yang menjadi sumber energi. Hal ini bisa dilihat dari pertanyaan nomor 4 tentang sumber karbohidrat sebesar 60% dari ibu menjawab salah. Sebesar 45% ibu belum mengetahui sumber zat besi yang sangat diperlukan pada masa kehamilan dan menyusui.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Tag: Pemilu, Demokrasi