BERBAGI PENGALAMAN BERSAMA PENDATANG BARU

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Segera setelah pesta demokrasi pemilihan anggota legislatif berakhir, bertempat di Universitas Trilogi Jakarta, hampir seratus Ketua Kelompok Ekonomi Mikro, anggota Posdaya dari seluruh wilayah Jabodetabek mengadakan pertemuan silaturahmi. Para anggota Posdaya itu mewakili sekitar 3200 keluarga yang telah memanfaatkan Skim Tabur Puja, Skim untuk berlatih menabung dan memanfaatkan Kredit Mikro dengan plafon tidak lebih dari Rp. 2 juta tanpa agunan. Pertemuan itu adalah ajang berbagi pengalaman dan pelatihan penggunaan tehnologi tepat guna untuk meningkatkan mutu produk yang mereka hasilkan.

 Sebagai bagian dari program pengembangan ekonomi biru, yang menjadi moto Universitas Trilogi, para Ketua Kelompok itu diajak memahami apa itu ekonomi biru. Secara sederhana dijelaskan bahwa Ekonomi Biru adalah suasana hidup sehat sejahtera dalam lingkungan yang segar dan dapat dinikmati dengan nyaman dimana keperluan hidup sehari-hari dapat diperoleh dengan mudah berkat pemanfaatan kearifan dan sumber daya lokal. Menurut Gunter Pauli, yang memberi gambaran sederhana tentang Ekonomi Biru atau Blue Economy, Ekonomi Biru adalah upaya bagaimana membangun bisnis tanpa uang dan tanpa pengalaman. Membangun usaha bisnis berdasarkan kemampuan, yang mendatangkan keuntungan dan kesejahteraan bagi masyarakat.  Memanfaatkan keahlian, sumber daya lokal, memanfaatkan limbah dan bahan baku lokal, dengan kegiatan terarah serta efisiensi yang tinggi.

 Para Ketua Kelompok yang sebelumnya bersama-sama mendirikan forum Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga), di wilayah masing-masing, menyegarkan kehidupan gotong royong, menangani masalah kesehatan, pendidikan, belajar wirausaha dan mengembangkan lingkungan agar lestari dan berguna untuk membangun kehidupan yang nyaman, sekarang mulai berusaha membentuk kelompok-kelompok guna menolong keluarga pra sejahtera, keluarga yang kalau tidak mendapat perhatian bisa jatuh miskin, belajar menjadi wirausaha. Mereka membentuk sub kelompok dimana keluarga mampu mengajak keluarga pra sejahtera belajar usaha bersama. Mereka belajar ketrampilan mengolah apa saja yang bisa diolah atau dirubah menjadi produk yang berguna serta laku jual.

 Kelompok itu ada yang mendirikan “Bank Sampah”, mengumpulkan sampah dari rumah-rumah dan memilah-milahnya agar sampah sejenis menjadi satu. Plastik dikumpul dengan plastik, kertas bekas surat kabar/koran dengan sejenisnya, daun dengan daun dan sebagainya. Ternyata dengan dikumpulkan sejenisnya itu ada pasarnya tersendiri. Plastik yang terkumpul bisa diolah menjadi barang produksi yang menarik. Bekas bungkus permen bisa digandeng-gandeng menjadi bentuk tas model yang menarik dan antik serta laku jual. Plastik kresek bisa menjadi tali dan diolah menjadi mainan yang menarik dan laku jual. Banyak kreasi kelompok, sampah sisa masih bisa diolah lagi menjadi pupuk untuk Kebun Bergizi yang dikembangkan di halaman rumah masing-masing. Pengolahan sisa itu juga menjadi bagian dari Ekonomi Biru yang mengubah sisa menjadi bahan baku tersendiri.

 Salah satu hasil penting dari kebersamaan kelompok Posdaya itu adalah disegarkannya budaya gotong royong dan kepedulian diantara sesama anggota. Kebersamaan itu akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk “tanggung renteng” diantara sesama anggota guna memperoleh pinjaman tanpa agunan. Maka lahirlah Skim Tabur Puja dimana anggota Posdaya bisa menabung dan akhirnya meminjam modal untuk usaha ekonomi produktif tanpa agunan. Selama ini, anggota sekitar 3200 orang itu telah memanfaatkan kredit tidak kurang dari Rp. 9.300.000.000,- yang sebagai pinjaman tanpa agunan. Agunan nasabah adalah adanya kesepakatan tanggung renteng diantara sesama anggota Posdaya.

 Dalam pertemuan yang berlangsung sehari penuh itu para peserta diajak dengan sungguh-sungguh untuk tetap memelihara budaya gotong royong dan peduli sesamanya. Pemilihan umum sudah selesai, andaikan setiap anggota memilih calon masing-masing yang berbeda, ada yang kalah dan ada yang menang, setiap anggota Posdaya diharapkan tetap bersatu dan tetap memelihara persatuan dengan kokoh. Para anggota diajak mengetengahkan kepedulian sesamanya, utamanya membantu keluarga pra sejahtera agar tidak jatuh miskin. Bahkan keluarga miskin sekampung diharapkan diambil sebagai keluarga binaan dibantu mengentaskan diri dari lembah kemiskinan. Para peserta diajak juga segera mendaftarkan diri pada BPJS agar apabila menderita sakit dapat ditanggung oleh pemerintah. Apabila ada keluarga miskin yang terpaksa harus membayar premi, diharapkan keluarga yang mampu memberikan dukungan sampai keluarga itu tercatat sebagai keluarga miskin.

 Para anggota Posdaya yang telah ikut menjadi anggota Skim Tabur Puja diharapkan menjadi contoh bahwa seluruh anak mereka disekolahkan. Tidak ada satupun karena bertambah sibuk usahanya, anaknya ditahan di rumah membantu orang tuanya. Boleh membantu setelah pulang sekolah sehingga dikemudian hari bisa menjadi pengusaha yang kelasnya tidak lagi mikro tetapi pengusaha besar dengan untung yang lebih banyak.

 Para peserta sebagai teladan diajak juga menjadi pelopor mengembangkan Kebun Bergizi di halaman rumah masing-masing dan berbagi keahlian menanam tanaman sayur dan keperluan sehari-hari seperti ikan lele, unggas dan lainnya. Percontohan semacam itu akan mudah ditiru dan dengan demikian mudah berkembang di desa atau di kampung-kampung. Dengan model seperti itu, keperluan sehari-hari bisa dipenuhi dari halamannya sendiri. Akhirnya pertemuan sehari itu ditutup dengan menggelar pelatihan produksi, pengolahan dan penyajian berbagai jenis makanan yang laku jual untuk memperkuat keahlian seluruh anggota.  (Prof. Dr. Haryono Suyono, Yayasan Damandiri).