MENGHINDARI KEGAGALAN

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Akhir bulan ini biasanya kantor-kantor pemerintah mengadakan pertemuan besar-besaran bersama seluruh jajarannya untuk menilai kegiatan dan program yang sudah dilaksanakan serta merancang kegiatan yang bakal dilaksanakan pada tahun yang akan datang. Melihat hasil berbagai program pembangunan, melalui berbagai survey resmi yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik, sudah diketahui bahwa program dan kegiatan pembangunan, utamanya dalam kerangka MDGs, sukar sekali dicapai, atau dengan kata lain, akan gagal.

 Target dan sasaran yang ditentukan harus dicapai pada tahun 2015 dalam bidang pengentasan kemiskinan, penurunan tingkat kematian ibu hamil dan kematian anak-anak serta penurunan tingkat kelahiran yang memadai hampir pasti tidak tercapai. Kegagalan dalam berbagai bidang itu, tiga besar dari delapan target utama, akan merambat ke bidang-bidang lain seperti menjalarnya penyakit menular seperti HIV/AIDS, kerusakan otak akibatnya menyebarnya pornografi, tuntasnya pendidikan dasar, kesetaraan gender, yaitu keseimbangan antara laki-laki dan perempuan, pengembangan lingkungan yang lebih lestari dan menguntungkan keluarga serta kerjasama internasional yang saling menghormati. Indonesia dengan jumlah penduduk sangat besar, lebih 250 juta, nomor empat di dunia, sangat mempengaruhi dampak pencapaian target global. Karena kegagalan itu Indonesia akan dibicarakan, dan kasarnya, akan dicaci-maki, karena dengan jumlah penduduk yang besar berdampak pada kegagalan dunia secara menyeluruh.

 Dalam mengembangkan program dan kegiatan untuk tahun 2014, tidak ada pilihan lain kecuali mengalihkan sebanyak mungkin perhatian semua lembaga pemerintah dan swasta ke pedesaan dan pedukuhan. Anggaran yang tersedia melimpah pada setiap kementerian dan lembaga nasional perlu dialihkan ke desa dan dukuh untuk memperkuat sumber daya manusia dan dukungan operasional guna mengembangkan program dan kegiatan operasional yang lebih mengena sasaran secara gegap gempita. Tidak perlu lagi ada diskusi yang rumit tentang sebab-musabab kegagalan karena sudah jelas bahwa selama ini kegiatan operasional di pedesaan kurang mendapat perhatian dan sangat sedikit dukungan dana dan prasarana yang diperlukan.

 Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dan perangkatnya perlu meningkatkan komitmen dan perhatiannya pada delapan sasaran MDGs biarpun nampaknya tidak berbau politik tetapi justru mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat luas. Kegiatan-kegiatan nasional perlu digeser dari ibukota ke desa dengan mengerahkan tenaga di pedesaan untuk mendemonstrasikan kegiatan operasional dengan target yang jelas. Informasi dan pelayanan yang diperlukan rakyat, diperbanyak dan lebih penting dari itu, bisa diakses dengan mudah oleh rakyat di pedesaan. Kementerian dan lembaga tingkat pusat dan provinsi memberi petunjuk yang mudah dan mendorong partisipasi masyarakat, organisasi sosial, kaum alim ulama dan siapa saja, dan tidak malah melarang, atau mempersulit, partisipasi masyarakat sekecil apapun.

 Indonesia yang jumlah penduduknya lebih dari 250 juta akan mempunyai dampak global yang sangat besar, sehingga andaikan saja kita gagal di tahun 2015, kalau pada tahun 2014 telah menunjukkan tekad dan langkah-langkah nyata adanya perbaikan komitmen, langkah-langkah tepat perbaikan strategi dan awal dari gerakan operasional yang jelas sasaran dan arahnya, pasti akan mendapat apresiasi dunia. Tetapi, apabila langkah yang kita jalankan seperti sekarang, merasa tidak ada dosa, setiap kementerian dan lembaga pemerintah justru bersifat arogan atau merasa benar dan tidak mau mendengarkan saran, mengabaikan langkah-langkah yang diambil masyarakat luas, hampir pasti dunia akan mengutuk Indonesia sebagai bangsa yang sangat buruk penguruhnya. Mereka akan mengutuk Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang tidak solider terhadap kepentingan global dan membiarkan dunia ini terus terpuruk. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS).