EKONOMI BIRU DAN INDUSTRI MIKRO

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Dalam rangka Peringatan Hari Pendidikan Nasional  tanggal 2 Mei 2013, serta Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 2013, para anggota PWRI di Kabupaten Pacitan, Kulon Progo, Bogor, Indramayu, Wonogiri, Grobogan dan Gorontalo, bersama dengan para mahasiswa dan dosen berbagai perguruan tinggi mengadakan acara khusus melatih dan membentuk tidak kurang dari 25 "Pabrik Tahu" bersama sekitar 250 anggota Posdaya yang berasal dari desa-desa di Kabupaten tersebut.

 Proses pelatihan ini merupakan langkah nyata dari gagasan Yayasan Damandiri untuk mengisi Posdaya yang telah berhasil menyegarkan gerakan hidup gotong royong dengan kegiatan praktek nyata Ekonomi Biru dalam bentuk industri mikro yang melibatkan rakyat banyak. Keterlibatan rakyat banyak itu diarahkan secara khusus dengan melatih anggota keluarga miskin yang didukung keluarga yang lebih mampu dan tergabung dalam Posdaya untuk belajar membuat tahu. Kelompok keluarga yang saling membantu itu bekerja sama tolong menolong mengentaskan kemiskinan dengan mendidik anggota keluarga miskin bekerja cerdas dan keras.

 Dengan dukungan Bupati dan SKPD di masing-masing daerah, Yayasan Damandiri mengadakan kerjasama dengan Bank Bukopin, Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank UMKM setempat, khususnya Bank UMKM Jatim, menyediakan kredit bagi keluarga miskin yang mendapat dukungan dari keluarga yang lebih mampu dalam lingkungan Posdaya. Di Kulon Progo misalnya, di setiap Posdaya dibentuk KAKB yaitu Kelompok Asuh Keluarga Binangun yang secara akrab saling menolong dan memberi dukungan atas pinjaman yang dilakukan oleh kelompok kepada Bank setempat. Di Pacitan, Bank UMKM dibantu oleh pemerintah provinsi menanggung agunan untuk pijaman Tabur Puja sebesar Rp. 2 juta untuk setiap keluarga miskin.

 Dengan pinjaman sederhana itu beberapa keluarga miskin bersatu dan menyatukan pinjamannya untuk membeli mesin pengolah tahu dan modal usaha. Dengan membeli mesin sederhana untuk membuat tahu yang hasilnya sangat memuaskan itu, Posdaya bisa menyajikan tahu dalam sajian aneka ragam. Kelompok yang juga mendapat pinjaman modal usaha itu bisa secara operasional memelihara kegiatan pembuatan tahu dengan kegiatan usaha lain yang lebih bervariasi. Keluarga miskin diberikan pelatihan oleh tenaga-tenaga ahli yang diatur dan dibantu oleh Yayasan Damandiri diperkenalkan kepada sistem Ekonomi Biru atau Ekonomi Kerakyatan melalui keanggotaannya dalam Posdaya.

 Pembuatan tahu dipilih sebagai salah satu model karena prosesnya sederhana dan merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh sumber daya lokal yang melimpah. Prosesnya berlangsung tanpa meninggalkan sisa karena cairan sisa dapat dijadikan minuman seperti susu kedele segar yang enak rasanya. Sisa ampas tahunya dapat diolah menjadi makanan bergedel yang populer untuk lauk pauk yang dapat disandingkan dengan tahu goreng atau tahu yang dimasak dengan berbagai cara. Tanpa menunggu lama, 250 keluarga pelopor yang berasal dari keluarga miskin dari berbagai daerah tersebut dalam waktu singkat menjadi pemilik dan pengelola "pabrik tahu" tanpa limbah. Ribuan anggota Posdaya lainnya sedang menunggu giliran untuk mendapat pelatihan dan sekaligus antri untuk mendapat fasilitas kredit dari Bank setempat. Sementara itu disyaratkan bahwa anak-anak keluarga miskin, yang masih balita dimasukkan dalam PAUD di desanya. Kedua orang tuanya tidak boleh nongkrong menunggu anaknya yang sedang sekolah. Mereka diharuskan mengikuti berbagai kursus ketrampilan yang digelar oleh mahasiswa KKN tematik Posdaya atau oleh sukarelawan lain yang setiap hari makin bertambah banyak.

 Disamping industri mikro tahu, dalam rangka pengembangan Ekonomi Biru berbasis Posdaya, banyak anggota yang dewasa ini sedang giat-giatnya mengolah berbagai hasil pertanian dan sumber daya lokal lainnya. Mereka merasakan bahwa budaya gotong royong dan tekad bersekolah dan berlatih ternyata menjadi basis upaya pengentasan kemiskinan yang ampuh. Tetangga yang lebih mampu dengan penuh kesadaran bersedia menjadi pembeli pertama dari usaha ekonomi kerakyatan yang secara sederhana ikut mengurangi kemiskinan di desanya. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra dan Taskin).