FOKUS PEREMPUAN UNTUK INDONESIA SATU ABAD

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Dua minggu lagi kita akan memperingati Hari Kartini 2013, salah satu simbul Kebangsaan antara laki-laki dan perempuan dalam kesamaan dan kesejajaran. Banyak pemimpin perempuan dari suku lain yang tidak kalah gigih perjuangannya. Karena itu simbul-simbul kebangsaan itu tidak cukup diperingati sebagai simbul individu, tetapi harus dibarengi dengan usaha massal untuk menciptakan bukan hanya pemikir, tetapi generasi perempuan yang hebat untuk satu abad Indonesia merdeka dengan kaum perempuan yang kuat.

 Tanda-tanda kearah itu telah nampak. Banyak pemimpin terdiri dari perempuan dengan kinerja yang tidak kalah hebatnya dengan pemimpin laki-laki. Terakhir muncul pemimpin muda bukan dari kalangan pemerintahan, seperti sebagai Menteri, Dirjen atau Direktur, tetapi menjabat sebagai Ketua Komnas HAM, Ibu Siti Noor Laila, yang oleh rekannya dipercaya memimpin Komisi yang sangat penting itu. Performa awalnya sungguh menggugah dan menakjubkan karena secara berani mengambil keputusan-keputusan internal dan eksternal yang mengejutkan. Nampaknya timbul kontroversi tetapi sesungguhnya terjadi perubahan budaya yang sangat signifikan pada lembaga yang setiap hari menampung puluhan laporan pelanggaran Hak Azasi Manusia dari masyarakat itu. Pendekatan persuasif dan pendidikan yang penuh kasih sayang sedang dikerjakannya karena peristiwa yang oleh salah satu pihak dianggap pelanggaran, biasanya terjadi karena salah pengertian sesama anak bangsa, bahkan tidak jarang sesama anak bangsa yang semula adalah saling kasih mengasihi.

 Perlu diingatkan agar para pemimpin dari kalangan perempuan bertindak benar-benar sebagai pemimpin bangsa dan tidak dibarengi rasa balas dendam apalagi bias mementingkan kaumnya. Pemimpin adalah pemimpin, bukan semata untuk kaumnya, apalagi menjadikan kesempatan memimpin sebagai forum untuk balas dendam dengan alasan apapun. Pemimpin adalah seseorang yang melihat sesuatu untuk seluruh anak bangsa dan tidak dilihat oleh rakyat biasa, sehingga keputusannya bukan semata menguntungkan seseorang yang melapor atau yang paling dekat dengan dirinya, tetapi menguntungkan rakyat banyak, utamanya mereka yang tertindas, miskin dan tidak memperoleh kesempatan karena alasan apapun.

 Dalam tataran yang lebih luas kita ingin mengacungkan jempol kepada banyak sekali pemimpin perempuan di tingkat desa yang secara kebetulan di masa lalu menjadi pemimpin di kelompok seperti pemimpin Akseptor KB, pemimpin PKK, pemimpin Posyandu, pemimpin Posdaya, PAUD dan koperasi di tingkat desa yang mengabdi dengan sukarela untuk keluarga yang tertinggal di kampung yang jauh dari pelayanan pemerintah, tetapi dengan dedikasi yang tinggi bekerja tanpa pamrih dan menghasilkan masa depan yang makin gemilang. Pemimpin Kelompok Akseptor di masa lalu misalnya, dengan gigih mengajak rekan rekannya menjadi akseptor KB, sekarang merasakan bahwa tetangganya dengan dua orang anak ternyata lebih sejahtera dibanding tetangganya yang menolak ajakannya dan tetap mempunyai anak yang banyak. Keduanya semula miskin tetapi yang ikut KB dengan tanggungan yang lebih ringan dapat melepaskan diri dari belenggu kemiskinan.

 Peristiwa yang gegap gempita juga sedang terjadi di banyak desa, antara lain di desa-desa di Kabupaten Pacitan. Bupatinya baru baru ini mencanangkan Program Grindulu Mapan untuk mengentaskan kemiskinan. Posdaya dijadikan ujung tombak untuk silaturahmi dan sekaligus menghimpun kebersamaan untuk berusaha dalam bidang ekonomi sederhana. Mereka bergabung membangun Kebun Bergizi, menyegarkan Posyandu, mulai berlatih mengolah ikan, mengolah singkong menjadi keripik, belajar menjahit dan dengan segala kesederhanaan menciptakan puluhan dan bahkan ratusan kesempatan kerja secara sederhana dengan mengolah bahan baku lokal yang semula tidak ada harganya. Ibu-ibu yang biasanya bangun pagi tanpa ada bayangan apa yang akan dikerjakannya, sekarang menjadi harus bangun pagi karena pekerjaan yang menumpuk dan harus diselesaikan karena pemesannya telah memberi target pengiriman secara teratur. Ibu kita Kartini pasti bangga melihat karyanya mendapat penghargaan yang sangat tinggi di kalangan masyarakat luas. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra dan Taskin).