GRINDULU MAPAN UNTUK PACITAN

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Tanggal 19 Februari 2013 Kabupaten Pacitan berulang tahun ke-268, suatu usia yang cukup panjang yang mestinya membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Sejak jaman dahulu kala Pacitan terkenal sebagai tempat berburu atau tempat pengungsian bagi mereka yang tersisih dalam pertempuran, belum seluruhnya memberi kemakmuran yang merata. Banyak tokoh yang berasal dari Pacitan sempat atau sedang menjadi “orang terkenal”, menjabat sebagai direktur, dirjen, rektor, menteri, menko, wakil ketua DPA dan bahkan Presiden SBY juga berasal dari Pacitan, ikut memberi semangat bagi masyarakat Pacitan untuk bangkit seperti kota dan kabupaten lain di Jawa Timur khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

 Untuk menggenjot pembangunan yang lebih dinamis, Bupati Pacitan Drs. Indartato, MM melalukukan banyak terobosan menanggulangi kemiskinan dengan menempatkan rumah tangga sangat miskin (RTSM) sebagai sasaran utamanya. Lebih dari itu dalam waktu yang sangat singkat telah membentuk 2030 Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di seluruh desa, sebagai forum silaturahmi untuk merangsang partisipasi seluruh kekuatan dan masyarakat dalam membangun secara terpadu. Pembentukan Posdaya itu disusul dengan pencanangan gerakan pembangunan secara terpadu yang diberi nama Grindulu Mapan (Gerakan Terpadu Mensejahterakan Masyarakat Pacitan) untuk mengingatkan dan mengambil berkah dari sungai Grindulu yang membagi Pacitan dalam dua sisi yang airnya mengalir dan akhirnya nelimpah pada pantainya yang indah.

 Gerakan Gridulu Mapan menempatkan Posdaya sebagai ujung tombak dimana partisipasi masyarakat diperhitungkan sebagai satu kesatuan kekuatan yang kalau mampu bergerak secara terpadu dengan komitmen pimpinan Bupati yang konsisten akan membawa seluruh kekuatan birokrasi, perguruan tinggi, lembaga keuangan, organisasi masyarakat dan masyarakat pada umumnya bersatu padu dengan fokus pada pemberdayaan keluarga yang ampuh dan membawa kesejahteraan yang merata pada semua keluarga dan masyarakat tertinggal. Program Grindulu Mapan mengerahkan kekuatan anggaran pemerintah untuk sasaran-sasaran strategis sebagai pemicu pembangunan dan sekaligus pemicu inisiasi pembangunan yang merangsang partisipasi yang tinggi. Tanpa partisipasi masyarakat yang tinggi, Pacitan akan tetap berjalan lamban seperti selama ini terjadi.

 Gerakan pemberdayaan masyarakat melalui ujung tombak Posdaya dapat merangsang anggota keluarga sederhana pada tingkat desa bekerja keras dan tanpa kecuali, sehingga seluruh anggota masyarakat tidak perlu lagi menjadi tanggungan belas kasihan pemerintah. Dengan cara demikian, anggaran pembangunan pemerintah yang biasanya kecil dapat dipergunakan secara maksimal untuk mengembangkan infrastruktur yang diperlukan oleh masyarakat untuk memasarkan produk-produk sederhana pada tingkat awal sebagai produk yang dikerjakan oleh rakyat banyak. Anggaran pemerintah menjadi fasilitator bagi rakyat dalam pembangunan yang makin mandiri. Kekuatan lokal yang ada didorong oleh fasilitasi itu untuk bangkit dengan anggaran yang dikelola secara gotong royong melalui investasi dari lembaga keuangan dengan resiko yang dapat diminimalkan. Oleh karena itu, Yayasan Damandiri melalui Posdaya bertekad ikut terjun dalam pembangunan program Grindulu Mapan dengan jalan memberi angin segar melalui pelatihan ketrampilan untuk rakyat banyak dan memberikan modal awal bagi rakyat di pedesaan memulai usaha ekonomi produktif yang merangsang partisipasi masyarakat yang sangat luas dan merata di semua pedesaan. Partisipasi yang dirangsang itu sekaligus dirangkai dengan upaya yang sudah berkembang oleh keluarga asal Pacitan dirantau yang juga mempunyai usaha yang dapat dikait-kaitkan secara terpadu.

 Sebagai sumbangan untuk Program Grindulu Mapan, dalam enam bulan mendatang Yayasan Damandiri akan mengadakan pelatihan kerja secara besar-besaran dalam rangka memperkenalkan gerakan ekonomi biru (blue economy) yang diharapkan menghasilkan lapangan kerja ratusan ribu untuk rakyat Pacitan di desa-desa yang sekarang umumnya bekerja sebagai petani musiman. Tujuan dari ekonomi biru ini adalah menciptakan lapangan kerja sebanyak banyaknya, biarpun pada tingkat awal masih sederhana, tetapi diharapkan setiap penduduk layak kerja sudah bisa bekerja dan sedang bekerja sehingga suasana penduduk Pacitan yang sebagian masih miskin akan sangat tertolong karena masing-masing bekerja cerdas dan keras secara mandiri. Kemandirian ini secara otomatis akan menambah masukan yang anggarannya tidak tergantung pada anggaran pemerintah daerah atau pemerintah provinsi maupun pusat.

 Pelatihan ketrampilan melalui Posdaya sebagai ujung tombak gerakan ini akan melibatkan seluruh perguruan tinggi dan sekolah sekolah kejuruan yang ada di Pacitan melalui bhakti sosial, bukan saja mendidik anak asuhnya di sekolah, tetapi pada jam-jam di luar sekolah akan melatih seluruh keluarga muda yang ada di desa-desa untuk makin terampil mengolah sumber daya dan sumber bahan baku yang ada di desa-desa menjadi produk yang laku jual dan menguntungkan. Bupati, Camat dan Kepala Desa yang berpikir maju akan memimpin gerakan Grindulu Mapan sebagai entrepreneur yang dengan kekompakan Posdaya melatih warganya menjadi pencinta yang “merubah sampah menjadi berkah”, yang karena produknya laku jual, menguntungkan dan menjadikan rakyat secara keseluruhan mengambil partisipasi tanpa kecuali.

 Program Grindulu Mapan mengharuskan semua SKPD makin tajam melihat sasaran dan bertindak sebagai fasilitator pengembangan ekonomi biru yang menjadikan anggaran yang dikuasainya bukan sebagai proyek yang berdiri sendiri, tetapi merupakan fasilitas untuk menghasilkan usaha dagang, usaha pertanian, usaha industri dan jasa yang memberi kesempatan partisipasi tanpa kecuali kepada seluruh penduduk, utamanya keluarga miskin. Selamat Ulang Tahun untuk rakyat Pacitan. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri).