HIBAH RUMAH UNTUK WAHANA PELATIHAN

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Minggu lalu Walikota Tasikmalaya, Drs. H. Budi Budiman, didampingi Ketua Cabang PWRI Kota Tasikmalaya, Drs. H. Rahmat Kurnia, Ketua Pengda PWRI Provinsi Jawa Barat, Drs. H. Karna Suwanda, dan Ketua Umum PB PWRI Haryono Suyono, melantik Ketua dan Pengurus Ranting PWRI kota Tasikmalaya. Peristiwa ini merupakan peristiwa unik karena pelantikan Pengurus Ranting, tingkat kecamatan, biasanya dilakukan pada tingkat Kabupaten atau Kota tanpa kehadiran Pengurus Provinsi atau Pengurus Pusatnya. Peristiwa unik ini mengandung banyak arti karena Pengurus Cabang di Kota Tasikmalaya sudah sepakat menjadikan seluruh jajaran PWRI, yang anggotaseluruhnya adalah pensiunan pegawai negeri di seluruh kota Tasikmalaya, sebagai contoh dari PWRI berjuang. Mereka akan bekerja sama rekan-rekan dari Universitas Siliwangi yang peduli terhadap tiga generasi melalui kepeloporan pembentukan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) pada tingkat desa dan kelurahan sebagai ujung tombak partisipasi rakyat membangun keluarga di Tasikmalaya.

 Tekad ini didukung oleh Walikota yang baru saja dilantik, Drs. Budi Budiman, berusaha keras membangun kota Tasikmalaya menjadi kota idaman, bukan saja untuk warganya tetapi juga menjadi kota idaman di Jawa Barat dan contoh yang maju di seluruh Indonesia. Karena itu dalam waktu singkat akan diadakan Musrenbang untuk kota Tasikmalaya, dimana PWRI akan diberi kesempatan memasukkan gagasan bagaimana Posdaya pada tingkat desa, kelurahan, RW dan RT, berperan menampung dan menggerakkan partisipasi masyarakat yang positif menyumbang pada pembangunan masyarakat di kota Tasikmalaya.

 Ada gagasan-gagasan cemerlang yang mulai muncul dari para relawan yang sudah pensiun tetapi tidak mau berhenti berbhakti kepada nusa dan bangsanya. Biarpun rata-rata sudah berusia diatas 55 – 60 tahun dengan gegap gempita berseru “purna tugas ‘yes’, purna bhakti ‘no’” yang mencerminkan semangat untuk tetap mengabdi kepada nusa dan bangsanya. Ada sebagian yang biarpun selama bertugas di masa lalu memegang jabatan tinggi, sekarang “nrimo” menjadi Ketua RW atau Ketua RT yang sangat dihormati di desanya. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun seebagai pegawai negeri, anggota PWRI siap menjadi penghubung yang sangat dekat kepada para birokrat muda yang dimasa lalu adalah anak buahnya dalam kedinasan.

 Kecuali memberikan “hibah” berupa tenaga, pikiran dan waktu setiap hari, dari kalangan PWRI  timbul gagasan segar memberikan hibah berupa ruangan di setiap rumah yang mereka tempati sebagai wahana untuk pelatihan generasi muda yang ingin menambah ketrampilan untuk mempersiapkan diri dalam perjuangan membangun ekonomi biru. Oleh karena itu, PB PWRI akan menempatkan gagasan ini sebagai seruan nasional agar para anggota PWRI yang di masa muda menjadi pejabat dan mempunyai rumah yang cukup besar dapat menyumbangkan satu atau dua kamarnya sebagai hibah untuk tempat pelatihan informal bagi generasi muda di desanya dalam mempersiapkan diri berjuang membangun keluarga yang sejahtera. Tempat pelatihan seperti ini dapat saja dinamakan Silver College karena pemiliknya sudah berambut putih dan tempat pelatihan itu sebagai sumbangan untuk anak bangsa yang mandiri.

 Gagasan lain yang muncul dari Ketua PWRI Cabang Tasikmalaya, Drs. H. Rahmat Kurnia, yang dimasa jayanya menjabat sebagai Ketua Bappeda, adalah melalui penghimpunan dana deposito para anggota dalam suatu Bank untuk dijadikan agunan bagi pinjaman yang menolong keluarga miskin memulai usaha ekonomi mikro yang produktif. Gagasan ini dirangsang oleh praktek lapangan di Jawa Tengah, tepatnya di Purwokerto, dimana seorang dermawan mengijinkan dana depositonya untuk dijadikan agunan dengan memberikan bunganya sebagai cadangan yang bisa di debet manakala nasabah keluarga miskin yang pinjam uang modal usaha sekitar Rp. 2 saja itu gagal membayar cicilannya. Uang deposito tetap menjadi milikya tetapi tidak dicairkan dalam jangka tertentu bermanfaat mendukung upaya penanggulangan kemiskinan bagi keluarga miskin. Pemikiran yang brilian “memberi tanpa kehilangan dan menguntungkan tanpa merugikan”. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri).