MENGHIDUPKAN KEMBALI GERAKAN MENJEMPUT BOLA

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Dalam kesempatan Rapat Kerja Nasional untuk menata kembali program Kesehatan Reproduksi, KB dan kesehatan dasar yang diadakan di Pekan Baru, Riau, dan dihadiri oleh seluruh jajaran Kantor Wilayah Kementerian Kesehatan, Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi, Asisten bidang Kesra Pemprop di seluruh Indonesia dan unit-unit lain yang terkait, dilakukan juga pertemuan dengan Menteri Kesehatan, Ibu Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH, Sekjen Kementerian Kesehatan, para Dirjen, Pelaksana Tugas Kepala BKKBN, jajaran Deputinya dan Pimpinan Yayasan Damandiri. Dalam pertemuan tersebut telah disepakati bahwa dalam waktu singkat akan dikembangkan sinkronisasi dari berbagai program dengan gerakan masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya dan kegiatan Posdaya pada umumnya.

 Sekjen Kementerian Kesehatan akan mengadakan pertemuan untuk membahas bidang-bidang kerjasama yang dapat dikembangkan, karena pembentukan dan perluasan Posdaya dewasa ini setiap bulannya meliputi jumlah yang tidak kecil. Dengan keikutsertaan perguruan tinggi yang setiap minggu selalu bertambah dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya yang makin populer dan menarik perhatian masyarakat, diperkirakan setiap bulannya sekitar 1000 Posdaya akan terbentuk di tingkat dusun dan pedesaan. Lebih dari itu para pimpinan Masjid yang mendapat pencerahan dari berbagai IAIN atau Universitas Islam Negeri (UIN) yang dengan semangat yang tinggi membentuk Posdaya berbasis Masjid menambah jumlah forum pemberdayaan di lingkungan Masjid dengan kecepatan yang sama tingginya.

 Dibandingkan dengan dinamika di tahun 2012 saja, dalam dua bulan pertama tahun 2013, tidak kurang dari delapan kabupaten telah menyelenggarakan sosialisasi pembentukan Posdaya yang mengantar pada pembentukan Posdaya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dinamika ini terbukti mampu menjadikan Posdaya forum silaturahmi, yang biarpun situasai dan kondisinya berbeda dengan keadaan selama masa Orde Baru, ternyata semangat gotong royong di pedesaan dan perkotaan belum seluruhnya terkikis habis. Keinginan masyarakat ikut aktif berpartisipasi dalam pembangunan masih tinggi dan perlu diberikan fasilitasi yang dinamik dan ikhlas.

 Menanggapi gagasan partipasi Posdaya yang dinamis dan tinggi itu, Menteri Kesehatan RI, Ibu Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH sepakat untuk bersama-sama memberikan dukungan dan fasilitasi yang memadai dalam gerakan Indonesia sehat. Untuk itu berbagai program bersama akan disusun dimana partisipasi masyarakat akan diberikan bimbingan dan fasilitasi agar pembangunan budaya hidup sehat tidak saja menjadi tugas pemerintah melalui rumah sakit, klinik atau pelayanan kesehatan saja, tetapi pemerintah memberikan perhargaan yang tinggi terhadap keterlibatan masyarakat secara dinamis dan bertanggung jawab.

 Pada tingkat awal disepakati bahwa Posdaya dan jajaran anggotanya akan diberikan dukungan untuk melakukan revitalisasi dan dinamisasi Poyandu di daerahnya. Posyandu akan dikembalikan pada penggagas aslinya, Pimpinan BKKBN dan Kementerian Kesehatan, serta diharapkan tidak saja mengadakan pertemuan secara rutin, tetapi proaktif menjemput bola disertai penajaman sasaran untuk memanfatkan lima meja yang menjadi andalannya. Anggota Posdaya yang tidak terbatas pada ibu hamil atau melahirkan, anak-anak balita dan peserta KB, akan ditugasi menjadi “demand creator”, menjadi penganjur untuk keselamatan ibu hamil atau merangsang pasangan muda ikut KB secara dini. Setiap anggota Posdaya yang melihat atau mengetahui ada ibu hamil di dusunnya segera menganjurkan untuk memanfatkan pelayanan yang diberikan di Posyandu. Setidak-tidaknya setiap ibu hamil diharuskan bertemu dengan bidan empat kali selama masa kehamilannya. Sebaliknya Posyandu yang tidak mempunyai bidan harus segera diusahakan ada bidan untuk memberikan pelayanan kepada ibu hamil yang berkunjung.

 Penyediaan bidan dan keleluasaan bidan melayani perawatan ibu hamil dan pelayanan KB di Posyandu, hendaknya tidak dibatasi dengan berbagai aturan karena alasan profesi atau pelayanan yang bermutu, tetapi diberikan dukungan pelatihan andaikan dirasa kurang bermutu. Pelayanan untuk anak balita tidak lagi dibatasi dengan penimbangan, tetapi secara reguler ditambah dengan deteksi dini atas berbagai penyakit, termasuk penyakit yang biasanya timbul pada usia yang lebih dewasa seperti darah tinggi, gula dan lainnya yang baru muncul di masa dewasa atau tua padahal ada tanda-tanda yang harus diwaspadai semenjak dini. Peranan dokter keliling dari satu Posyandu ke Posyandu lainnya perlu digalakkan kembali agar Posyandu bisa menjadi kepercayaan masyarakat, utamanya untuk ibu hamil, pelayanan KB serta anak balita.

 Bersama-sama petugas kesehatan, Posdaya akan sangat instrumental untuk meyakinkan masyarakat agar dalam upaya membangun budaya hidup sehat dilakukan upaya mengatur rumah yang sehat dengan lantai dan dinding yang memadai, diplester atau diatur dengan baik agar memberi udara yang segar dan tidak membawa kotoran yang bisa menyebabkan terganggunya penghuni yang sehat. Dapat pula dilakukan kerja keras secara gotong royong untuk membuat jamban keluarga dan menganjurkan agar tidak sembarangan membuang tinja dan kotoran lain yang bisa menjadi sarang wabah penyakit yang berbahaya.

 Kesehatan preventif yang tidak dilakukan oleh Posyandu yang sejak kelahirannya di tahun 1983, dikhususkan pada pelayanan ibu hamil, ibu melahirkan dan KB, Posyandu tidak boleh dibebani dengan berbagai tugas lainnya agar upaya pencegahan bahaya kehamilan, perawatan kehamilan dan KB serta perhatian terhadap anak balita tidak dicampur-adukkan dengan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi yang harus diberikan kepada seluruh anggota keluarga. Kerjasama Kementerian Kesehatan, BKKBN dan Posdaya akan menjadi solusi untuk menghilangkan angka rapot merah yang menyedihkan. Insya Allah. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra dan Taskin).