GERAKAN PEMBANGUNAN DENGAN PASUKAN KHUSUS

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Hari Raya Idul Fitri 1434 H kita peringati dengan perasaan penuh kegairahan untuk kembali bekerja cerdas dan keras membangun bangsa. Kenangan indah itu dicampuri perasaan gundah karena ada perubahan yang menarik. Jumlah anak-anak dibawah lima tahun, dan dibawah 24 tahun, sepanjang perjalanan pulang kampung terasa marak dan menimbulkan tanda tanya apakah mereka bisa memperoleh kesempatan sekolah, bisa mengikuti kursus ketrampilan atau apakah terbuka lapangan kerja yang siap menolong anak-anak dewasa itu untuk maju.

 Kekawatiran itu timbul karena tahun depan bangsa Indonesia akan menggelar pesta demokrasi secara besar-besaran, baik untuk memilih anggota Dewan, atau untuk memilih Presiden baru yang akan bertanggung jawab mendidik dan mengantar bangsa serta bertanggung jawab atas kebijakan yang merangsang penyediaan lapanan kerja dan kesempatan usaha yang luas. Para pemimpin itu perlu melihat adanya luapan penduduk muda, dewasa dan bahkan penduduk lanjut usia yang lamanya menjadi penduduk lanjut usia makin panjang.

 Karena itu, sementara Presiden RI melakukan persiapan untuk Pidato Kenegaraan, perlu diusulkan gagasan yang merangsang tekad baru untuk memberikan perhatian yang lebih tinggi terhadap upaya menangani masalah kependudukan yang selama tigabelas tahun ini dilakukan dengan setengah hati. Pendekatan selama ini perlu diubah total dan dikerjakan dengan menempatkan penduduk sebagai titik sentral pembangunan. Apabila tidak sungguh-sungguh, kita kawatir anak cucu akan memaki karena dianggap lengah tidak memberi pelayanan kesehatan yang memadai, tidak mendidik anak usia sekolah dengan sungguh-suangguh serta tidak memberikan ketrampilan yang cukup untuk bekal masa depan yang sejahtera. Tanpa ketrampilan, kesempatan kerja atau kesempatan usaha yang luas hampir pasti sukar bagi penduduk yang makin melimpah itu untuk memanfaatkan kesempatan yang makin langka. Lebih-lebih lagi kalau tidak dikembangkan lingkungan hidup yang makin kondusif dan memberi rasa aman, damai, dinamis dan sejahtera.

 Tekad dan semangat nasional yang diperlukan itu adalah menempatkan penduduk sebagai ujung tombak pembangunan yang berorientasi pada manusia dan keluarga. Untuk itu, seperti halnya pemilihan umum, kemenangannya ditentukan oleh pemilih. Pembangunan segala aspek, keberhasilannya juga ditentukan oleh partisipasi penduduk. Pembangunan yang tidak diikuti partisipasi penduduk, sebagai penyelenggara atau penerima kegiatan, berarti gagal. Partisipasi yang tinggi menandakan bahwa arah, isi dan tawaran pembangunan itu menarik.

Dengan komitmen seperti itu maka pemerintah perlu mengambil langkah drastis dengan menyegarkan dan menempatkan “petugas lapangan khusus”, yaitu menugaskan kepada para petugas yang dulu dinamai Petugas Lapangan KB (PLKB), sebagai “Petugas Lapangan Kegiatan Bersama” (PLKB), yang secara langsung ditempatkan dibawah komando Kepala BKKBN Pusat dan ditugasi mengantar dan memfasilitasi lembaga, instansi atau perorangan di semua lini untuk menempatkan penduduk dan keluarga sebagai titik sentral pembangunan, dan mengarahkan pembangunan untuk keluarga dalam menyongsong secara cerdas dan cermat berbagai kegiatan dan masukan program atau kegiatan pembangunan yang berasal dari pemerintah dan masyarakat luas. Petugas lapangan memastikan bahwa masukan untuk program dan kegiatan MDGs oleh berbagai Lembaga, Instansi atau masyarakat luas pada tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan desa, lebih-lebih yang berasal dari sumbangan masyarakat luas sampai pada sasaran dengan tepat. Petugas ini secara langsung mensukseskan hantaran program dan kegiatan kepada penduduk dan keluarga miskin atau tertinggal, guna mencapai suksesnya sasaran MDGs, utamanya suksesnya program-program pemahaman dan pelaksanaan delapan fungsi keluarga yang utama, yaitu ke-Taqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, penghargaan terhadap budaya bangsa, kehidupan yang saling peduli dan cinta kasih terhadap sesama, pengembangan budaya hidup sehat, utamanya pencegahan kematian ibu hamil dan melahirkan serta keikut sertaan KB yang lestari, pendidikan bagi semua anak usia sekolah, penyediaan lapangan kerja dan usaha, serta pengembangan lingkungan hidup yang membawa manfaat gizi dan kedamaian yang sejuk dan nyaman.

 Penempatan PLKB pada komando Kepala BKKBN Pusat tersebut akan membawa manfaat yang luar biasa untuk merangsang budaya hidup sehat sejahtera yang selama ini rapotnya merah. PLKB dengan komando langsung dari tingkat pusat akan dan harus digerakkan untuk merangsang semua kekuatan yang ada di desa seperti pada masa tahun 1990-an, ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan keluarga, membangun keluarga sejahtera dengan partisipasi seluruh kekuatan yang ada di kabupaten/kota, kecamatan dan desa. Bupati/Walikota dan aparat SKPD di daerah harus segera menyesuaikan diri dengan dinamika pembangunan yang menggerakkan kekuatan masyarakat madani di tingkat kecamatan dan desa.

 Dengan cara itu maka Kantor Pusat BKKBN dan di tingakt provinsi bekerja sama dengan berbagai instansi terkait menggerakkan pembangunan berbasis keluarga pada tingkat akar rumput dengan “kekuatan tempur” yang luar biasa. Dengan dukungan pemerintah daerah diharapkan rapot merah yang melanda jajaran kesehatan, KB serta beberapa kekurangan dalam partisipasi pendidikan di daerah-daerah pedesaan, pengangguran dan kemiskinan, segera dapat diatasi. Kalau ini dilakukan, maka pesta demokrasi selama tahun 2014 tidak akan menjadi hambatan kemajuan gerakan pembangunan keluarga di Indonesia, dan mungkin saja, apabila gerakan ini diikuti oleh semua partai politik sekaligus, bisa memicu gerakan yang lebih gegap gempita setelah Presiden baru dikukuhkan nanti.

 Penugasan PLKB itu adalah memperkuat lini lapangan untuk melanjutkan pemberdayaan keluarga dan pengentasan kemiskinan di tingkat desa. Pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang dilakukan tokoh-tokoh pedesaan dengan keluarga sebagai anggotanya menjadi target utamanya. Selanjutnya Posdaya bekerja keras secara gotong royong membantu keluarga untuk bekerja keras dan cerdas menyelesaikan persoalan yang dihadapi sehari-hari menyelesaikan pengentasan kemiskinan dan mendidik seluruh anak bangsanya. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra dan Taskin RI).