SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434 H

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Dalam suasana Idul Fitri 1434 H kami haturkan Selamat Hari Raya Idul Fitri dan mohon maaf lahir dan batin, diiringi doa semoga segala kesalahan dimaafkan dan semoga di masa depan tidak mengulangi berbuat salah lagi serta bersama-sama menggalang kebersamaan, persatuan dan kesatuan berjuang untuk masa depan bangsa yang lebih baik.

 Hari-hari menjelang lebaran tahun ini sungguh banyak dihadapi tantangan yang sangat berat. Harga-harga bahan kebutuhan pokok meningkat dengan tajam karena beberapa hari menjelang bulan Ramadhan secara resmi harga bahan bakar minyak dinaikkan. Seperti biasanya apabila ada kenaikan harga bahan bakar, selalu diikuti dengan kenaikan harga kebutuhan lainnya. Padahal, tanpa kenaikan harga bahan bakar saja hari-hari menjelang Hari Raya Idul Fitri selalu diikuti dengan kenaikan harga sembilan bahan pokok serta kenaikan harga bahan kebutuhan lain yang di hari biasa tidak dibutuhkan. Bahan-bahan kebutuhan itu umumnya dipicu oleh kenaikan harga kebutuhan lebaran yang tidak biasa dibeli pada saat tidak ada hari raya atau tidak ada kebutuhan khusus pada Hari Raya Idul Fitri.

 Padahal upaya menaikkan harga bahan bakar adalah upaya yang sangat diperhitungkan agar bangsa ini tidak terpuruk karena tanpa kenaikan harga bahan bakar akan dihadapi tantangan dan penderitaan yang dikabarkan lebih dahsyat lagi. Segala persoalan itu awalnya bermula dari masalah kependudukan yang dalam sepuluh tahun terakhir ini menghadapi perubahan yang sangat drastis. Pertumbuhan penduduk sebagai manusia modern sangat cepat disertai meningkatnya tuntutan yang berkembang diluar perkiraan. Kalau dimasa lalu mudah puas dengan kesederhanaan, pada waktu ini menginginkan pelayanan yang cepat, berkualitas dan memberi kepuasan yang optimal.

Tingkat pendidikan yang makin meningkat, laki dan perempuan, merangsang hak-hak kaum laki dan perempuan menjadi seimbang. Proses itu terjadi sangat cepat sehingga banyak kalangan tidak siap menghadapi situasi yang berubah, ingin cepat bebas atau mencari alternatif lain. Tetapi banyak juga kalangan yang merasa ditinggalkan sehingga dalam hati kecilnya tidak ikhlas kehilangan dominasinya. Kalangan seperti itu diam-diam berontak, atau diam tidak ikut arus perubahan yang maha dahsyat. Kaum ibu yang biasa penurut, dan sanggup mempunyai anak berapa saja, sekarang menuntut hanya ingin anak satu atau dua orang saja. Tetapi informasi dan pelayanan masih lamban dan bahkan tidak jarang membuat pasangan seperti itu merasa kurang nyaman karena yang ditonjolkan justru pelayanan KB yang gratis atau ikut menjadi peserta KB seakan-akan seperti harus memperoleh belas kasihan pemerintah.

 Karena itu, kita semua, setelah lebaran, perlu merenung kiranya penduduk dan keluarga Indonesia, yang setiap tahun berlebaran, pulang mudik, ingat saudara dan sanak keluarganya, perlu ditangani bukan saja secara lokal, yang dirumuskan dalam garapan desentralisasi, tetapi juga secara nasional sebagai satu kesatuan bangsa yang dinamis, yang secara nyata merasakan perubahan yang tidak hanya boleh hanya terjadi secara lokal, berbeda dan bervariasi, tetapi mempunyai karakter berphenomena nasional, yang mencerminkan keadilan dan kebersamaan yang perlu berkembang sebagai ciri kebangsaan yang kuat dan dinamis.

 Oleh karena itu, setelah Hari Raya Idul Fitri 1434 H, kita perlu merenung untuk membangun bangsa ini dengan tekad bulat tetap mengedepankan persatuan dan kesatuan yang dengan kesadaran adanya perbedaan, selalu berfikir positif, sejauh mungkin mengedepankan kepentingan bersama, lebih-lebih memberikan ruang yang luas untuk peduli terhadap sesama, utamanya keluarga miskin dan tertinggal, agar bisa menyuburkan tumbuh kembangnya rasa keadilan, kebersamaan dan solidaritas di persada pertiwi yang kita cintai. Hari Raya Lebaran Idul Fitri merupakan momentum untuk makin akrab dan berbagi kasih sayang terhadap sesama. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra dan Taskin RI).