MENCEGAH STOKE PEMBUNUH UTAMA

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Konon penyakit Stroke yang dimasa lalu umumnya menyerang penduduk lanjut usia, dewasa ini serangannya tidak lagi pandang bulu, tua muda, kaya, miskin, laki dan perempuan hampir tanpa pilihan. Dengan gencarnya serangan, konon Stroke dewasa ini menjadi pembunuh utama diantara sederetan penyakit yang relatif sukar ditangani itu. Serangannya, seperti juga penyakit jantung, bisa sangat tiba-tiba. Di Indonesia dua orang mantan Presiden RI terkena penyakit ini, yaitu Mantan Presiden HM Soeharto dan mantan Presiden Gus Dur. Kalau mantan Menteri, atau pejabat tinggi lainnya, atau penduduk umumnya, sudah lumayan jumlahnya.

 Oleh karena itu Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) gencar menganjurkan pencegahan penyakit yang sering mendadak datangnya itu melalui berbagai cara. Yang pertama adalah menganjurkan agar di setiap daerah, provinsi, kabupaten dan kota, dibentuk cabang Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) dengan kegiatan utama advokasi kepada rumah sakit, klinik dan para dokter untuk waspada terhadap serangan Stroke dengan memberi perhatian terhadap adanya golden period, atau tiga jam pertama saat seseorang terkena serangan Stroke yang secara sederhana ditandai dengan mata yang makin kabur, keseimbangan yang terganggu, bagian tubuh yang hilang rasa, sukar bicara dan mulai sempoyongan.

 Yang kedua, mengadakan penerangan yang luas kepada masyarakat agar setiap penduduk hidup dengan pola keluarga sehat, menghindari makanan yang mengandung resiko terkena darah tinggi, menghindari makanan mengandung kolesterol tinggi, berhenti merokok, menghindari hidup dengan stress yang berlebihan serta kalau mengidap penyakit kencing manis berhati-hati mengontrol gula darahnya. Hidup sehat itu disertai dengan olah raga dan periksa kesehatan yang teratur untuk mengetahi berbagai indikasi yang bisa mengarah pada pengaruh kemungkinan terkena stroke atau penyakit lainnya.

 Pemeriksaan oleh dokter umum, utamanya dokter ahli jantung atau dokter ahli neurologi akan menolong untuk mengetahui apakah seseorang mempunyai bakat atau resiko terhadap penyakit stroke atau penyakit jantung yang bahayanya mirip. Pemeriksaan teratur itu memberi petunjuk terhadap pola hidup sehat untuk menghindari resiko darah tinggi, diabetes atau resiko lain yang memicu datangnya serangan jantung atau serangan stroke. Para neurolog akan bisa mengetahui bahaya yang mungkin saja secara tidak sadar telah pernah singgah dan mulai merusak kondisi berbagai saluran darah atau kondisi otak.

 Banyak rumah sakit mempunyai unit khusus untuk itu, antara lain Rumah Sakit RSPAD Gatot Subroto di Jakarta, yang memiliki Unit Khusus dengan Tim Dokter gabungan, ada neurolog dan ahli radiologi, Kol. Dr. Tugas Ratmono SpS dan Kol. Dr. Terawan Agus SpRAD (K), serta beberapa dokter spesialis penyakit dalam, spesialis penyakit paru, spesialis penyakit jantung dan dokter Anestesia yang bekerja sama melakukan tugas mulia melakukan deteksi dini terhadap gangguan neurologi, khususnya di bagian otak kita. Para dokter itu melalui proses scaning dengan MRI Telsa 1,5 dan pemeriksaan medis yang mendalam lain, mendeteksi apakah saluran darah otak dalam keadaan sempurna atau ada bagian yang terganggu. Dengan diikuti tes segala kemungkinan penyakit lainnya, utamanya pemetaan neurologi, serta persyaratan layaknya tindakan medis lainnya, yaitu persetujuan pasien dan keluarganya, peralatan medis yang memadai, dengan pengawasan dokter Anestesia serta kru yang lengkap, kadang perlu dilakukan tindakan untuk menolong sel-sel yang terganggu. Apabila diikuti pola hidup sehat, tindakan itu diyakini bisa memperbaiki keadaan dan menjauhkan seseorang dari kemungkinan terkena gangguan stroke. Pekerjaan mulia yang telah melayani tidak kurang dari 5500 pasien di Indonesia itu perlu diacungi jempol, diikuti dengan cermat, diberikan dukungan yang memadai dan apabila terbukti membawa manfaat yang tinggi, segera disebarluaskan agar bisa melayani khalayak yang luas, utamanya mereka yang dianggap mempunyai resiko stroke, atau semua anak bangsa yang ingin berjuang demi bangsa dan negaranya tanpa terkena resiko stroke yang menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia.  (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan Stroke Indonesia).