MENGUSUNG SEMANGAT PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Pertengahan minggu ini, tepatnya tanggal 15 Januari 2016, Yayasan Damandiri, yang didirikan pada tanggal 15 Januari 1996, berulang tahun yang ke duapuluh. Dalam masa karyanya selama duapuluh tahun para sahabat Damandiri antara lain dari 450 Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia, lebih dari 260 Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, lembaga swadaya masyarakat, tokoh-tokoh dari Dewan Masjid Indonesia di seluruh Indonesia, lebih dari 45 Bank Pembangunan Daerah, Bank UMKM Jatim, Bank Bukopin dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di seluruh tanah air dan banyak tokoh nasional dan lokal, telah bekerja keras memberi semangat dan mengajak masyarakat di desa menyegarkan budaya gotong royong untuk melakukan usaha bersama secara mandiri memberdayakan keluarga prasejahtera di seluruh desa di Indonesia.

             Upaya pemberdayaan itu dilakukan melalui berbagai cara. Pada tingkat awal utamanya melalui kuliah kerja nyata, para mahasiswa dari sekitar 450 perguruan tinggi di Indonesia, mengajak masyarakat di tingkat pedesaan membentuk Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Para mahasiswa biasanya tinggal di desa selama satu setengah bulan bergaul dan bekerja bersama para tokoh pemimpin lokal. Setelah Posdaya terbentuk, biasanya para mahasiswa mengajak masyarakat mengisi Posdaya dengan program dan kegiatan sesuai target MDGs, yaitu meningkatkan kesehatan keluarga, mengajak keluarga prasejahtera mengirim anaknya ke sekolah, mengolah lingkungannya lebih bersih dan menjadikannya kebun bergizi, melatih keluarga desa belajar ketrampilan dan membangun usaha mikro dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah. Dalam hal-hal tertentu keluarga prasejahtera dicarikan bantuan kredit yang biasanya bisa diambil tanpa agunan dan bunga rendah.

             Melalui kerjasama Damandiri dengan Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia di Jakarta, daearh dan dengan para pemimpin ribuan Masjid di seluruh Indonesia telah dilakukan upaya pembentukan Posdaya berbasis Masjid. Kegiatan Posdaya dipusatkan di Masjid dan melayani para jamaah Masjid tanpa memperhatikan lagi batas-batas desanya sehingga anggota Posdaya berbasis Masjid biasanya berkumpul karena kesamaan dalam penggunaan Masjid sebagai tempat berkumpul untuk beribadah dan mendapatkan petunjuk pemberdayaan keluarga menuju keluarga yang sejahtera.

 Guna merangsang pengisian Posdaya yang dibentuk di desa. biasanya dilakukan berbagai macam pelatihan yang akhirnya menghasilkan usaha pengolahan produk lokal yang laku jual dan menguntungkan. Berbagai pelatihan itu dilakukan melalui kerjasama dengan Instansi terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koperasi dan UKM, berbagai Dinas Sosial, Kependudukan dan KB atau melalui kerjasama dengan berbagai Perusahaan yang memberikan bantuan dana SCRnya, misalnya dengan PT Holcim Indonesia (Tbk), PT Pertamina dan PT Antam (Persero)Tbk.

 Berbagai pelatihan yang diselenggarakan tidak terlalu muluk-muluk tetapi berupa pelatihan sederhana yang mudah dipraktekkan dan menghasilkan usaha mikro yang sederhana seperti pengolahan ikan menjadi abon, nutget dan keripik. Atau pengolahan singkong menjadi keripik berbagai rasa dan bisa dijual dengan masa yang lebih lama. Ada juga pelatihan pembuatan alat-alat produksi seperti alat untuk mengiris singkong, alat untuk membuat tahu tanpa limbah, alat untuk menyisir dan mengolah rumput laut. Pembuatan alat-alat produksi itu biasanya dikaitkan dengan jenis produksi lokal yang dibuat warga dan bisa menghasilkan produk dengan kecepatan dan mutu yang tinggi.

 Dalam bidang kesehatan, secara gotong royong keluarga anggota Posdaya juga membantu tetangganya yang tidak memiliki jamban keluarga bersama-sama membuatkan jamban. Keperluan jamban ternyata masih meliputi ribuan keluarga Indonesia yang tidak memiliki jamban keluarga dan selama ini membuang kotoran di sungai atau di kebun di belakang rumahnya.

             Dalam memperkenalkan kegiatan kesehatan rakyat, keluarga desa tidak diminta mendengarkan pidato yang muluk-muluk tetapi secara langsung diajak melakukan upaya yang memberikan perbaikan kesehatan dan gizi anggota keluarganya. Setiap halaman rumah dianjurkan dirombak menjadi Kebun Bergizi. Kadang-kadang bibit untuk sayur yang akan ditanam dibantu berkat kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat se tempat atau dana CSR bantuan perusahaan yang baik hati. Melalui upaya pembentukan Kebun Bergizi dengan kolam ikan lele atau ikan nila, penduduk setempat berhasil mempunyai pendapatan ekstra yang tidak disangka-sangka.

             Perkembangan kegiatan Posdaya yang menarik adalah pengelolaan sampah. Dimulai dari usaha bersama mengolah sampah melalui sistem tiga R, reused, recycle dan reduced, akhirnya keluarga anggota Posdaya membangun Bank Sampah. Sampah yang dikumpulkan dipilah-pilah untuk didaur ulang, dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bunga, alat-alat maupun bentuk lain yang laku jual. Banyak sekali Posdaya yang kemudian mengolah sampah itu menjadi pupuk atau menjual kembali kepada pemulung yang selanjutnya mengolahnya dalam bentuk atau jumlah yang besar sekali. Bank sampah sangat menguntungkan karena mengurangi jumlah sampah yang akhirnya harus mengalir ke tempat pengumpulan sampah akhir. Bahkan di banyak Posdaya keuntungan menjadi anggota Bank Sampah bisa untuk membayar biaya sekolah anak-anak atau bahkan membayar beras yang dibagikan oleh pemerintah. Di banyak Posdaya pengelolaan Bank Sampah itu dilakukan dengan manajemen modern dengan sistem IT yang sangat mudah dioperasikan oleh keluarga sederhana di desanya.

 Program baru yang dikembangkan pasca ulang tahun ke 20 ini adalah memperluas sasaran dari anutan MGDs dengan delapan sasaran menjadi SDGs dengan 17 sasaran. Perkembangan jumlah sasaran itu utamanya penegasan komitmen semua negara di dunia untuk secara gotong-royong menempatkan upaya pengentasan kemiskinan sebagai prioritas yang sangat tinggi, bahkan harus diupayakan agar pada akhir tahun 2030 jumlah penduduk miskin sama dengan nol. Disamping itu ditegaskan agar tidak ada lagi kelaparan di muka bumi. Lebih dari itu diminta secara sungguh-sungguh agar kesenjangan makin menipis. Karena itu, dalam pembangunan global berkelanjutan dengan 17 sasaran ditegaskan perlunya perhatian pada keseimbangan dan kelestarian lingkungan baik di darat, di laut bahkan di bawah laut serta memperhatikan perubahan iklim dunia.  (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Damandiri).