KONVENSI NASIONAL POSDAYA DI BOGOR

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

  • tekad baru

IPB yang dipimpin oleh Rektornya, Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto MSc, telah mengajak seluruh civitas akademikanya untuk “Go to Field”. Secara kebetulan ajakan ini senada dan mendapatkan sambutan Yayasan Damandiri yang segera memberikan dukungan terhadap upaya pemberdayaan keluarga dan penduduk di sekitar kampus IPB di Bogor.  Kesamaan visi tersebut melahirkan kerjasama untuk membangun dan memberdayakan keluarga di tingkat desa dan pedukuhan. Kesepakatan kerjasama tersebut melahirkan kerjasama untuk menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya di wilayah sekitar kampus IPB di Bogor. Namun demikian, karena kegiatan tersebut terbukti membawa manfaat yang besar bagi civitas akademika maupun utamanya bagi masyarakat luas, akhirnya IPB memenuhi permintaan perguruan tinggi lain untuk berbagi memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat yang lebih luas.

 Dengan keputusan itu, IPB melalui P2SDM LPPM-nya yang cekatan membantu perguruan tinggi di daerah Jawa Barat bagian Barat dan Lampung, untuk melakukan kegiatan serupa pada beberapa kabupaten dan kota lain di luar Kabupaten dan Kota Bogor. Secara hampir serentak, Universitas Singaperbangsa di Karawang, Universitas Suryakancana di Sukabumi, dan lainnya bergerak maju dan bergabung bekerja sama dengan Yayasan Damandiri dan IPB. Berbagai perguruan tinggi itu, melalui LPPMnya masing-masing menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik Posdaya dengan kekuatan penuh. Ribuan mahasiswa dengan bimbingan dosen pembimbing lapangan yang sangat antusias terjun ke desa dan pedukuhan di sekitar kampus maupun kabupaten dan kota binaannya berbagi semangat, kepedulian, ilmu dan ketrampilan memberdayakan keluarga setempat.

Dengan berpedoman pada langkah-langkah sederhana yang dikembangkan oleh Yayasan Damandiri bersama IPB dan perguruan tinggi lainnya, LPPM yang baru bergabung itu dengan penuh percaya diri memberikan dukungan pemberdayaan kepada keluarga-keluarga yang haus kemajuan di desa dan pedukuhan. LPPM dengan perangkat mahasiswa dan dosen pembimbing diterima dengan antusiasme yang tinggi di pedesaan untuk bersama keluarga desa membentuk Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) dengan berbagai basis yang dianggap akan memperkuat persatuan dan kesatuan antar keluarga di pedesaan. Posdaya diarahkan untuk menyegarkan kembali semangat gotong royong, semangat saling peduli dan menggerakkan sukarelawan pedesaan dan pedukuhan untuk saling membantu, utamanya bagi keluarga miskin yang mau bekerja keras. Budaya kerja keras digulirkan di pedesaan.

 

Mahasiswa penggerak pembangunan yang umumnya sudah memasuki semester ke tujuh, dengan semangat tinggi membantu keluarga pedesaan yang segera akrab untuk saling belajar dan memilih kegiatan yang segera dapat dirasakan manfaatnya. Mula-mula mahasiswa KKN mengajak keluarga di desa untuk membangun Kebun Bergizi di halaman rumahnya. Pekerjaan sederhana yang biasa mereka lakukan itu tidak mendapat kesukaran karena rakyat umumnya adalah petani. Tetapi bahwa Kebun Bergizi dan pupuk kompos dapat memberi manfaat kepada anak balitanya secara langsung, hanya dari halaman rumahnya, merupakan hal baru yang jarang mereka pikirkan. Bahwa Kebun Bergizi harus diutamakan pada keluarga yang mempunyai ibu hamil, mempunyai anggota lansia dan atau mempunyai anggota menyandang cacat, agar gizi anggota keluarga tetap prima sungguh merupakan suatu keterkaitan yang tidak pernah terpikirkan. Karena itu ajakan untuk membangun Kebun Bergizi disambut dengan antusias.

 

Kegiatan sederhana lain yang menarik perhatian adalah pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Biasanya pengembangan usaha PAUD dilakukan oleh Dinas Pendidikan, tetapi Posdaya yang dibentuk oleh keluarga desa dengan dukungan mahasiswa KKN tematik Posdaya, menganjurkan pembentukan PAUD bukan semata untuk anak balitanya saja, tetapi menolong ibu anak balita agar makin longgar tidak terlalu dibebani oleh anak balita dan dapat mengikuti pelatihan ketrampilan agar mampu bekerja atau bisa menjadi pengusaha mikro yang berjuang untuk menambah penghasilan. Tambahan penghasilan itulah yang akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan yang dapat mendukung upaya pengentasan kemiskinan dan membangun keluarga yang lebih sejahtera.

 

Kegiatan dalam bidang lingkungan dan pendidikan itu, dikaitkan dengan kegiatan dalam bidang kesehatan yang terkenal dengan upaya menurunkan kematian ibu hamil dan penanganan kesehatan anak balita melalui Posyandu. Kegiatan Posdaya harus mampu mendorong penyegaran Posyandu dan menempatkan Posyandu pada posisi strategis untuk menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan melahirkan yang sekarang masih sangat tinggi. Upaya sungguh-sungguh untuk mengajak ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin, minimal empat kali selama masa kehamilannya pada Posyandu akan meningkatkan kesadaran dan kesiapan ibu hamil dan keluarganya menghadapi kelahiran anaknya. Posyandu akan menempati kembali posisinya yang strategis seperti pada waktu dilahirkannya di tahun 1983.

 

Kegiatan lain dari Posdaya yang ternyata menarik perhatian masyarakat adalah dukungan terhadap usaha ekonomi mikro. Para mahasiswa IPB dan perguruan tinggi lain yang ikut dalam kegiatan pembentukan dan pengisian Posdaya mulai mahir mengembangkan inovasi untuk mengolah bahan baku lokal menjadi produk-produk laku jual dan menguntungkan. Mereka mulai mengolah bahan baku pertanian menjadi produk-produk yang kemudian diberi label menarik dan dijual dengan harga murah tetapi tetap memberi keuntungan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Keuntungan inilah yang memacu partisipasi dalam usaha ekonomi mikro oleh semua komponen dalam keluarga yang sebelumnya tidak tergali.

 

Berbagai kegiatan itu, pada hari Sabtu lalu digelar dalam Konvensi Nasional Posdaya di Bogor. P2SDM LPPM IPB dengan dukungan penuh pimpinan IPB menjadi tuan rumah dari berbagai perguruan tinggi yang ikut serta dalam kegiatan KKN tematik Posdaya menggelar keberhasilan, sekaligus berbagi dengan rekan lainnya tentang kesulitan menghadapi hambatan yang ada dalam masyarakat. Kesulitan itu umumnya timbul karena ada sebagian anggota masyarakat, umumnya pimpinan tingkat lokal, yang menyatakan bahwa mereka sudah melaksanakan kegiatan tersebut. Tetapi kemudian mereka sadar bahwa kegiatan di masa lalu dilakukan oleh perorangan yang daya jangkaunya terbatas. Tidak banyak keluarga lain terlibat, utamanya keluarga miskin atau keluarga termarginal. Pendekatan baru ini melibatkan keluarga sebanyak banyaknya agar kesejahteraan makin merata dan dirasakan oleh lebih banyak anggota masyarakat. Pemberdayaan yang berkeadilan. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS).