HARI DISABILITAS MERANGSANG KESETIAKAWANAN SOSIAL

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

 

Hari ini, 3 Desember 2011, adalah Hari Penduduk dengan Disabilitas Internasional, International Day of Persons with Disabilities. Hari Disabilitas Internasional menjadi wahana peringatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat secara luas tentang adanya penduduk yang dilahirkan atau terkena musibah sehingga menjadikannya insan dengan disabilitas. Peringatan tersebut sekaligus mengundang kepedulian masyarakat akan isue disabilitas dan perlunya dukungan yang bukan didasarkan pada belas kasihan tetapi hak-hak yang terhormat bagi penduduk dengan disabilitas.

Peringatan Hari Disabilitas Internasional dimulai  PBB sejak tahun 1992 dan di berbagai belahan bumi selalu digelar dengan tema dan tingkatan kemeriahan yang bervariasi. Pada tahun 2011 temanya adalah  "Together for a better world for all: Including persons with disabilities in developmentyang intinya adalah menggerakkan kesadaran masyarakat agar dalam upaya pembangunan, penduduk dengan disabilitas diperlakukan secara inklusif, bukan di “proyek”-kan secara terpisah, apalagi diperlakukan dengan sikap belas kasihan. Pemberdayaan untuk penduduk dengan disabilitas adalah hak azasi yang harus dipenuhi seperti halnya bagi penduduk lainnya.

 

Dunia dewasa ini diperkirakan mempunyai sekitar 500 juta penyandang disabilitas yang secara langsung atau tidak ikut merayakan hari yang bersejarah tersebut. Menurut perkiraan WHO yang terakhir, di Indonesia diperkirakan ada sekitar  15 persen penduduk dengan disabilitas. Angka terakhir dari BPS atau dari Kementerian Sosial belum tercatat secara jelas.

 

Dalam rangkaian peringatan Hari Disabilitas Internasional tersebut, pada tanggal 29 Nopember lalu Kantor Menko Kesra RI menggelar Seminar Pengarusutamaan Penyandang Disabilitas dalam rangka Hipenca 2011 dengan tema yang sama. Upaya ini sekaligus merupakan pemanasan Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) yang jatuh pada tanggal 20 Desember 2011. Dalam Seminar Nasional tersebut disajikan tiga topik utama yang menarik, yaitu peningkatan kesadaran masyarakat, upaya pengarusutamaan kebijakan perlindungan sosial bagi penyandang disabilitas, serta peran dunia usaha dalam mendukung berbagai upaya tersebut.

 

Peringatan tahun ini didahului dengan disyahkannya Konvensi PBB pada tanggal 18 Oktober yang lalu. Juga adanya kehormatan karena selaku tuan rumah dari Pertemuan Asean di Bali, para peserta berhasil mensukseskan deklarasi Asean yang menganjurkan agar negara-negara anggota Asean meratifikasi Konvensi PBB tentang penduduk dengan disabilitas tanpa kecuali. Oleh karena itu, dalam rangkaian peringatan tahun ini, besok pagi, tanggal 4 Desember 2011, sekitar 1000 atau lebih penyandang disabilitas dari berbagai kalangan, ada tuna rungu, tuna netra, tuna grahita, atau mental disability, dan lainnya, lengkap dengan kursi roda atau penyangganya, akan menyelenggarakan gerak jalan besar-besaran dimulai dari Kantor RRI Pusat di Jakarta. Mereka akan didampingi oleh lebih dari 1000 anggota Ikatan Relawan Sosial Indonesia (IRSI) dan khalayak ramai simpatisan lainnya. DNIKS dan berbagai organisasi sosial yang bernaung didalamnya ikut aktif mensukseskan gerak jalan yang diharapkan menelorkan Rekord Muri untuk tahun 2011. Menurut rencana acara ini akan disiarkan secara nasional oleh RRI Pusat dan daerah, Radio Dfm, radio lain dan dapat didengar melalui streaming sampai Hongkong, Tokyo, New York dan bagian dunia lainnya. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS).