Mengembangkan Jaringan Nusantara

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Pada suatu pagi yang cerah, dalam suasana santai dan saling menyapa, Wakil Ketua Umum DNIKS (Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial) Siswadi, MBA mengucapkan selamat pagi dengan rentetan salam yang membesarkan hati. Jaringan Semut yang gotong royong bisa berubah menjadi Jaringan Nusantara yang tetap berjiwa gotong royong. Jaringan itu bisa menjadi sangat kokoh dan sanggup menjemput bola. DNIKS yang oleh Menteri Sosial ditugasi untuk mengkoordinasikan organisasi dan lembaga yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan merasa memperoleh kepercayaan dan karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semua anggota Pengurus dengan gigih telah mengajak berbagai organisasi sosial untuk berpikir besar, dan mulai dengan usaha kemanusiaan sekecil apapun segera bergerak maju sekarang juga. Tanpa menunggu uang proyek atau bantuan pemerintah. Ajakan itu mendapat sambutan masyarakat dan mulai membuahkan hasil. Usaha dan kegiatan sosial berskala kecil menarik perhatian banyak kalangan sehingga jaringan relawan yang semula kecil, makin meluas dan berkembang menjadi jaringan nusantara yang akrab, peduli sesama dan menggetarkan.

 Gagasan, kebijakan dan kegiatan operasional kecil-kecilan yang dikembangkan oleh DNIKS tidak memerlukan biaya yang tinggi tetapi dukungan hati nurani dan kecintaan terhadap sesama keluarga lain yang sedang berjuang menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Ketua Umum LKKS di Sumatera Barat, Ibu Hj. Nefi Irwan Prayitno, kebetulan juga isteri Gubernur Sumatera Barat, dengan kelincahan yang luar biasa telah mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di seluruh Nagari di Sumbar. Mula-pula forum Posdaya itu hanya diisi ajakan untuk menyegarkan kembali budaya gotong royong diantara sesama keluarga di suatu Nagari yang sama. Secara tahap demi tahap keluarga yang bervariasi itu mulai ketahuan ada yang mempunyai keahlian tertentu yang bisa ditularkan kepada keluarga lainnya.

 Tukar menukar ilmu dan ketrampilan khusus yang didorong melalui pengadaan pelatihan ketrampilan seperti mengolah ikan yang difasilitasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan  ternyata menyulut kegiatan yang sifatnya makin menonjol dalam bidang ekonomi kerakyatan. Bertambah lagi dengan berbagai pelatihan yang sifatnya saling berbagi pengalaman diantara sesama anggota Posdaya, makin mendorong anggota yang berminat membangun ekonomi mikro dengan makin bergairah serta mengusulkan agar Posdaya menyambung silaturahmi kepada kalangan lembaga keuangan yang memberikan pinjaman modal untuk suatu start up gerakan ekonomi kerakyatan. Gerakan yang memproduksi dan menjual hasil yang menguntungkan keluarga yang berkarya. 

 Menanggapi demand yang makin membesar itu, dengan sigap Ibu Nefi mulai menggagas dan dengan berani menyatakan bahwa LKKS di Sumatera Barat yang dipimpinnya siap menjadi perantara dan mengkoordinasikan pengembangan jaringan semut menyalurkan ajakan menabung dan penyediaan kredit Tabur Puja untuk keluarga pra sejahtera dan keluarga dengan disabilitas. Lebih dari itu, dengan restu Gubernur Sumbar, Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, PSi, MSc, Provinsi Sumbar siap untuk mengembangkan Sentral Kulakan Posdaya (Senkudaya) yang ditempatkan di Masjid Raya yang sedang dibangun di Pusat Kota Padang. Senkudaya segera dioperasikan menyalurkan produk-produk hasil kelompok Posdaya dan produk-produk lain yang bersifat fast moving, dibutuhkan oleh hampir setiap keluarga di Nagari dan bisa dibeli dengan harga yang lebih murah. Benar perkiraan Siswadi, MBA. Dengan komitmen yang tinggi, kerja yang tekun dan perhatian serta kepedulian yang luar biasa dari Ketua Umum LKKS Sumbar, Ibu Hj.Nefi Irwan Prayitno, dan tangan kanan beliau, Ketua Harian LKKS Bapak Drs. Parlagutan Nasution, kegiatan Tabur Puja di kota Padang dan Kabupaten Solok berjalan dengan baik. Kabupaten Padang Panjang dan beberapa kabupaten lain di daerah itu sedang siap-siap mengubah dukungan untuk keluarga pra sejahtera yang semula bersifat charity, belas kasihan, menjadi suatu kegiatan sosial ekonomi yang memberi kesempatan penyandang sosial, keluarga pra sejahtera dan keluarga dengan disabilitas, bisa maju pesat asal mau bekerja cerdas dan keras. Keluarga pra sejahtera harus bersedia berlatih ketrampilan, menyekolahkan anak-anaknya, membuat Kebun Bergizi di rumahnya, dan dengan tekun belajar kepada keluarga lain yang telah berhasil. Dengan dukungan penuh kasih sayang dari keluarga yang telah berhasil, keluarga pra sejahtera dipercaya belajar untuk menjadi keluarga yang mandiri. 

 Apabila tiba waktunya, keluarga entrepreneur baru itu harus berani untuk siap dilepas. Sebelum dilepas, keluarga itu harus mau belajar menabung dengan tertib. Sesudah itu mereka bisa mendapatkan kredit, mungkin kecil, belajar dan rela mencicil dengan tertib, agar dipercaya oleh lembaga keuangan atau bank. Barulah, dengan pendampingan penuh kasih sayang, keluarga pra sejahtera bergerak maju menjadi “pengusaha baru” yang rajin dan konsisten dengan kualitas produknya. Pengusaha baru dibantu oleh keluarga yang lebih mampu untuk membeli produknya, agar produknya laku jual, kualitasnya juga bertambah baik. Dengan cara kerjasama gotong royong yang penuh kasih sayang itu, keluarga pra sejahtera yang semula hanya mampu bertindak sebagai penonton pembangunan, setelah mendapat dorongan dari kerjasama tetangganya, berani tampil sebagai pemain pembangunan yang membesarkan hati. Jaringan semut yang gotong royong berubah menjadi Jaringan Nusantara yang kental dengan kasih sayang dan kepedulian sesama anak bangsa. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS,www.haryono.com).