SETIA KAWAN DALAM PERJUANGAN

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Minggu lalu, secara berturut-turut ada dua peristiwa besar yang intinya adalah penggalangan kesetiakawanan sosial nasional berlangsung di Indonesia. Yang pertama adalah Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional 2011 yang diadakan di Yogyakarta. Yang kedua adalah diterimanya ratusan wakil-wakil penduduk lanjut usia oleh Wakil Presiden RI yang sekaligus merupakan puncak acara yang digelar para lanjut usia untuk mendeklarasikan Gerakan Nasional Lansia Peduli.

 Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional 2011, dimaksudkan sebagai upaya penyegaran yang selalu diperingati setiap tahun melibatkan ribuan perorangan dan organisasi sosial kemasyarakatan di seluruh Indonesia. Penyegaran kesetiakawanan sosial nasional itu diperlukan karena dengan adanya tekanan kemiskinan dan kebutuhan individu dalam keadaan miskin membuat modal sosial bangsa terkoyak-koyak dan perlu disegarkan. Peringatan yang diadakan dengan acara bervariasi dari daerah ke daerah lainnya selalu menjadi ajang untuk mengembangkan solidaritas yang dinamis. Peringatan itu diselenggarakan oleh kalangan pemerintah bersama kalangan swasta dengan acara yang bervariasi seperti bedah ribuan rumah, santunan untuk ribuan lansia, operasi bibir sumbing dan lainnya.

 Sejak sebulan yang lalu, DNIKS telah memulai juga acara peringatan HKSN tersebut dengan menggelar acara diskusi yang meriah melalui TVRI nasional dan daerah-daerah. Lembaga dan organisasi sosial dalam naungan DNIKS juga mengadakan kegiatan bersama stakeholders atau pendukungnya. Sebagai contoh, PPCI, dalam rangkaian Hari Disabilitas Dunia, dengan didukung oleh Ikatan Relawan Sosial Indonesia (IRSI), RRI dan DNIKS menggelar acara gerak jalan besar-besaran bersama Ibu Negara, Ibu Hj. Ani Yudhoyono. Acara itu sukses sangat besar dan menghasilkan Rekor Muri sebagai Gerak Jalan yang melibatkan lebih dari 12.000 peserta termasuk penyandang disabilitas dari segala kategori. Rekor Muri diserahkan kepada RRI, IRSI dan DNIKS sebagai sponsor utamanya. Acara besar itu diliput secara paripurna oleh RRI dan disiarkan ke seluruh Indonesia dan jaringan lainnya di luar negeri. Banyak pula media massa lainnya yang meliput dan menyiarkannya sebagai berita besar yang membesarkan hati.

 Dalam semangat yang sama dilakukan Deklarasi Gerakan Nasional Lansia Peduli dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh Wakil Presiden RI. Gerakan ini disponsori oleh para tokoh lansia yang dipimpin oleh Laksamana Muda TNI (Purn) Warsono, Dra. Ibu Eva Sabdono, MBA, Brigjen TNI (Purn) Indung Hariyanto, Ketua Umum DNIKS, dan tokoh lain serta organisasi lanjut usia dalam kapasitas pribadi, non partisan dan bertujuan mengajak penduduk lanjut usia memberikan dharma bhaktinya sesama penduduk lanjut usia, mengajak dan bersama generasi muda meningkatkan kepedulian kepada penduduk lanjut usia dan keluarga miskin dan termarginal agar dapat dibebaskan dari lembah kemiskinan dan kebodohan.

             Gerakan Nasional Lansia Peduli mengharapkan agar penduduk lanjut usia tidak tinggal diam di panti-panti penampungan penduduk lanjut usia, tetapi mempersiapkan diri untuk tetap mengabdi kepada keluarga dan masyarakatnya. Mereka yang mampu dan siap untuk tetap membantu keluarganya diberikan kesempatan yang sama untuk tetap aktif dalam pembangunan, biarpun usianya sudah di atas enampuluh tahun. Bahkan kepada mereka diharapkan mengambil pilihan untuk karier kedua yang lebih bebas karena tidak lagi perlu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

             Di berbagai lembaga atau organisasi seperti Perguruan Tinggi atau tempat-tempat lain yang memungkinkan, dianjurkan didirikan Silver College sebagai pusat pertemuan silaturahmi bagi para lansia yang sekaligus dijadikan pusat atau tempat kegiatan pelatihan bagi lansia yang memerlukan sentuhan pemerdayaan untuk bisa aktif dalam pembangunan. Kalau jumlah penduduk lansia sekitar 20 juta jiwa, dan yang miskin sekitar 12,5 persen, ditambah yang tua dan lemah, maka jumlah lansia yang tidak mampu diperkirakan sekitar 4 juta jiwa. Diperkirakan jumlah yang mampu dan bisa secara langsung membantu penduduk miskin dalam Gerakan Nasional Lansia Peduli dengan  mudah juga sekitar 20 persen, atau 4 juta jiwa. Tersisa sekitar 12 juta jiwa penduduk lansia yang dengan sentuhan sedikit saja masih tetap bisa memberikan sumbangan pada upaya pemberdayaan di desa dan dukuhnya. Pilihan kerja para lansia ini sederhana, tetapi mereka akan sangat setia sebagai pendamping penduduk yang jauh lebih muda, seperti misalnya mengantar anak-anak usia dini ke sekolah sementara kedua orang tuanya bekerja keras mengentaskan kemiskinan dan kebodohan.

             Melalui berbagai Silver College yang dibangun di mana-mana, para lansia yang memerlukan pelatihan ketrampilan dan atau pelatihan untuk menikmati hari tua yang sejahtera dapat dikembangkan dengan biaya yang relatif murah. Tempat kediaman lansia yang mapan bisa diubah menjadi forum Silver College sederhana untuk berkumpul dan mengadakan pertemuan untuk saling memberi pencerahan. Guru-gurunya dapat diambil dari para lansia yang mempunyai pengalaman dan ingin membagi pengalamannya sebagai amal ibadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sekaligus sebagai bagian dari silaturahmi yang penuh keakraban.

             Di bagian lain, para lansia yang ingin menikmati masa keemasannya dapat membantu mengembangkan kegiatan social entrepreneur, yaitu kegiatan pengembangan ekonomi kerakyatan dengan berbagai modal dan jaringan yang telah terbina selama bertahun-tahun kepada generasi yang lebih muda. Dengan cara demikian, maka upaya pengentasan kemiskinan dapat diarahkan untuk menyegarkan jaringan tua menjadi jaringan lebih muda dan berkelanjutan. Proses tersebut sekaligus bisa menjadi ajang pembaharuan dan perluasan yang menguntungkan banyak kalangan.  (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri).