PERJUANGAN TIADA HENTI

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

Minggu lalu, Persatuan Wredatama (pensiunan sipil) Republik Indonesia yang terkenal dengan sebutan PWRI, telah menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) yang ke 12 tahun 2011. Organisasi besar yang didirikan pada tanggal 24 Juli 1962 di Yogyakarta ini, biarpun didirikan di pusat perjuangan kemerdekaan di daerah biasanya selalu mengadakan Munasnya di Ibukota Negara di Jakarta. Munas yang ke 12 kali ini untuk pertama kalinya diadakan di luar Ibukota Jakarta, yaitu di Anyer, Provinsi Banten, yang merupakan pertanda kemampuan daerah membangun tradisi baru yang diharapkan mendorong Munas-munas di masa depan.

             PWRI yang didirikan sejak tahun 1962 itu selalu dipimpin tokoh-tokoh nasional, pertama kalinya oleh Dr. Sutardjo Kartohadikusumo, mantan anggota Volkstraad atau DPR yang terkenal dengan Petisi Sutardjo. Berturut-turut digantikan oleh Mr. Besar Mertokusumo, salah satu utusan Indonesia pada perudingan dengan Belanda pada Konperensi Meja Bundar  (KMB), dilanjutkan oleh almarhum Sudiro, Gubernur Jakarta Raya dan selanjutnya oleh Warsito Puspoyo yang pernah menjadi anggota DPR RI dan terakhir oleh Drs. Ruchadi, MSi, mantan Sekretaris Jenderal Departemen Sosial RI.

             Sepanjang sejarah perjuangannya yang panjang selama 48 tahun, PWRI menjadi andalan mayoritas mantan pegawai negeri, selanjutnya juga pegawai BUMN. PWRI selalu mendampingi anggotanya memperjuangkan hak-haknya sebagai pensiunan yang terhormat melalui perjuangan damai, hampir tanpa gejolak. Biarpun selama masa bhakti sebagai pegawai negeri umumnya selalu bekerja keras tanpa kenal lelah, segera setelah memasuki masa pensiun nasibnya sering tidak memadai, namun sebagai pejuang yang gigih, hampir tidak pernah melakukannya dengan kekerasan. Dalam sejarannya, perjuangan PWRI selalu menempuh jalur-jalur yang penuh pengertian dengan mengantar dan mendampingi anggotanya melalui advokasi dan musyawarah penuh keakraban.

             Pada Munas ke 12 yang baru saja berakhir, para anggota sepakat mengangkat Prof. Dr. Haryono Suyono, mantan Menko Kesra dan Taskin, selaku Ketua Umum untuk masa bhakti 2011 – 2016 dengan tugas-tugas melanjutkan konsolidasi internal, mengembangkan kerjasama yang lebih erat dengan berbagai organisasi pegawai sipil yang masih aktif, KORPRI dan lainnya, serta mengantar anggota PWRI menyatu kembali ke dalam masyarakat seraya melanjutkan perjuangan membangun bangsa tanpa henti. Pengurus ditugasi melanjutkan upaya pemantapan organisasi agar para anggota merasa nyaman bernaung di dalamnya. Disamping itu PWRI ditugasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, sekaligus bersama masyarakat mengentaskan kemiskinan, kebodohan dan mengantarnya menjadi keluarga dan bangsa yang bahagia dan sejahtera.

             Oleh karena itu disepakati agar PWRI, dengan semangat Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dan Gerakan Nasional Lansia Peduli, menyatu bersama masyarakat mengembangkan program dan kegiatan pemberdayaan yang tidak saja ditujukan kepada anggota PWRI, tetapi dalam rangkaian program pemberdayaan sinergis dan berkeadilan yang sasaran dan dampaknya ganda, mengantar seluruh warga secara inklusif, pada posisi yang lebih bahagia dan sejahtera. Kebersamaan dalam pembangunan itu menempatkan posisi hijrah para pensiunan dari kedudukan pegawai negeri sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, menjadi pensiunan, dalam posisi dan peran pengabdian berkelanjutan tanpa henti.

             Para anggota dihimbau agar pengalaman puluhan tahun dalam pemerintahan atau usaha milik negara dapat disumbangkan dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih kepada rakyat banyak. Kegiatan kemasyarakatan itu menjadi rangkaian amal ibadah yang diridhoinya guna bekal maha mulia untuk menghadap Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa nantinya. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri).