WAPRES CANANGKAN GERAKAN NASIONAL LANSIA PEDULI

Oleh: Prof Dr Haryono Suyono

 

            Gerakan Nasional Lansia Peduli yang dideklarasikan Wapres tersebut berwawasan kebangsaan dan bergerak secara nasional sehingga bisa diikuti orang seorang secara pribadi atau bermitra dengan berbagai organisasi dan lembaga lain yang peduli terhadap lansia pada khususnya, dan lebih dari itu kepada seluruh anak bangsa yang peduli pada upaya pemberdayaan dan pembangunan nusa dan bangsa menuju bangsa yang lebih berkualitas dan sejahtera.

             Momentum gerakan ini didasari oleh peristiwa yang sebenarnya telah lama diimpikan. Pada saat timbul tanda-tanda jumlah lansia di Indonesia makin membengkak, dan ada kemungkinan tumbuh lebih cepat lagi, yaitu pada tahun 1997, berkat keberhasilan program KB dan pembangunan pada umumnya, penduduk makin sehat dan berusia panjang. Tanggal 29 Mei 1997, bertepatan Hari Lansia Nasional di Semarang,  Presiden RI, HM Soeharto, menyatakan agar pertumbuhan penduduk lansia yang makin cepat diantisipasi dan dipersiapkan dukungannya dengan baik. Diingatkan bahwa tidak semua penduduk lansia tidak mampu, sehingga perlu dicarikan solusinya agar hidupnya yang makin panjang, dapat diberikan kesempatan untuk menunaikan amal ibadah dalam membantu pembangunan bangsa. Sebaliknya, kepada sebagian lansia yang kurang mampu, dapat diberikan dukungan yang memadai.

             Dewasa ini terdapat lebih dari 20 juta penduduk lansia, diantaranya ada sekitar 12 – 16 juta yang tergolong tidak miskin dan tidak sengsara, sehingga bisa menjadi agen-agen atau pelaksana pemgbangunan yang perlu diperhitungkan. Sementara ada 4 juta penduduk lanjut usia yang tergolong miskin, sakit-sakitan atau tidak mampu. Untuk keluarga miskin dan sakit-sakitan tersebut, melalui Kementerian Sosial, selama tahun 2011, Pemerintah menyediakan bantuan santunan untuk sekitar 20.000 lansia tidak mampu. Tahun depan jumlah lansia yang dibantu akan ditingkatkan menjadi dua kali lipat. Tetapi jumlah itu tidak memadai. Oleh karena itu, sejak tahun 2009, para aktifis lansia mulai bergerak lebih intensif. Salah satu hasil yang positif adalah bahwa pada tahun 2010 Presiden SBY berkenan menerima para lansia dalam acara peringatan yang sama seperti sebelum tahun 2000. Secara khusus Presiden minta selalu dilibatkan dalam upaya peningkatan kesejahteraan penduduk lanjut usia agar pemerintah siap memberikan dukungan terhadap keinginan agar penduduk lansia tidak dianggap sebagai penduduk yang tidak ada gunanya dan kepada penduduk lansia yang tidak mampu diberikan dukungan atau fasilitasi yang memadai.

             Sejalan dengan arahan itu, kesediaan Wakil Presiden RI beserta para Menteri dan pejabat teras untuk memberikan komitmen dan dukungan deklarasi Gerakan Nasional Lansia Peduli merupakan momentum lebih lanjut dari tekad pemerintah yang sangat strategis. Segera setelah pencanangan yang sangat membesarkan hati tersebut, Pengurus Gerakan Nasional yang dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Prof Dr Haryono Suyono, Laksamana Muda TNI (Purm) Warsono, Ibu Dra. Eva Sabdono, MBA, Brigjen TNI (Purn) Indung Hariyanto, dr. Joko Rusmono, MPA, Drs. Dedi Hermawan, MPA, Airryzha Vebee, SH., serta banyak organisasi mitra kerjanya, akan mengadakan konsolidasi organisasi bersama mitra kerjanya. Akan segera dikembangkan skim pelatihan melalui berbagai organisasi atau lembaga Silver College yang dibentuk dan dikelola oleh berbagai perguruan tinggi atau oleh masyarakat sendiri. Silver College tersebut akan berada pada berbagai jenjang yang sebagian akan melatih para lansia untuk menjadi pemimpin gerakan di masyarakat. Sebagian lain akan menghasilkan lansia atau simpatisan yang akan bergerak bersama masyarakat di tingkat akar rumput.

             Lembaga dan organisasi lansia yang banyak tumbuh di masyarakat luas akan diajak bermitra dalam gerakan yang sangat luhur ini untuk menumbuhkan semangat yang tidak pantang mundur, utamanya kepada para lansia yang melimpah jumlahnya, tetap bekerja bersama generasi yang lebih muda menggerakkan budaya peduli terhadap sesama. Para lansia, dalam hal tidak terdapat gerakan yang gegap gempita akan diajak untuk mengadopsi falsafah ing ngarso sun tulodo dengan memberikan contoh teladan untuk peduli terhadap sesama dalam bidang agama dan budi pekerti, pendidikan, kesehatan dan wirausaha sehingga keluarga Indonesia berkembang menjadi keluarga yang beradab serta berkualitas untuk memajukan tanah air dan bangsanya dalam kebersamaan dan kedamaian.

             Momentum deklarasi diharapkan memicu semangat berbagai kalangan menghilangkan anggapan bahwa penduduk lanjut usia adalah seseorang yang perlu ditempatkan di panti Wreda. Momentum tersebut menjadi arahan agar penduduk lanjut usia tidak disisihkan semata-mata karena usianya sudah melebihi 60 tahun. Karena itu, organisasi PWRI yang seluruh anggotanya adalah mantan pegawai negeri dan BUMN, segera mengadakan tindak lanjut di seluruh Indonesia agar anggotanya terjun ke desa dan pedukuhan menyegarkan kembali semangat kebersamaan, persatuan, kesatuan dan kepedulian sesama anak bangsa. Purnawirawan TNI dan Polri akan bahu membahu bersama penduduk lansia lainnya untuk melanjutkan perjuangan bukan melawan penjajah tetapi memerangi kebodohan dan kemiskinan agar setiap penduduk menjauhkan diri dari rasa dengki dan iri, serta bersatu kompak untuk kebesaran tanah air dan bangsanya.  (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri).